BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Sejalan dengan pekembangan dengan zaman, lebih-lebih pada saat
manusia terjepit kesulitan dan kesempitan serta dalam keadaan yang serba
menyulitkan, banyak umat mnausia mencari jalan pintas untuk mendapatkkan
kekuatan di atas kemampuan dirinya agar dapat meraih segala harapan dan
angan-angan serta terhindar dari keterjepitan. Mereka meminta kepada selain
Allah, bahkan mengagungkannya melebihi pengagungnannya terhadap Allah yang
telah menciptakannya.
Di semua zaman dan tempat manusia biasa mengalami kelemahan iman,
yang di sebabkan oleh jauhnya mereka dari lingkungan keimanan dalam waktu lama.
Atau di sebabkan jauhnya mereka dari mursyid yang saleh yang meluruskan akhlak
mereka, membersihkan jiwa mereka, dan menjadi panutan dan contoh yang baik bagi
mereka, atau karena jauhnya dari ilmu syariat dan keilmuan islam yang
menggerakkan perasaan keimanan dalam diri mereka, atau hal lainnya.
Kelemahan ini biasa berlangsung sekali. Pada akhirnya, dapat
mengantarkan orang dan tersebut kepada jurang kerusakan dan perbuatan hina,
terperosok dalam gelombang kemusyrikan dan kesesatan, serta menjauh dari
seluruh tuntunan islam
Agar seorang muslim sampai kepada jalan-jalan ini dan agar ia tidak
menjadi tawanan kerusakan dan kebobrokan, maka islam memberikan jalan petunjuk,
obat yang manjur, jalan yang memberikannya penerangan menuju harapan dan
kembali kepada naungan islam
petunjuknya.
Banyak orang yang masih menganggap remeh kegiatan dzikir atau
mengingat Allah. Mereka menganggap duduk diam sambil berzikir menyebut nama
Allah sebagai suatu kegiatan yang sia sia dan hanya membuang waktu percuma. Ini
terjadi karena sebagian besar manusia perhatiannya hanya tercurah pada
kehidupan dunia. Sebagian besar manusia hanya fokus pada kehidupan jangka
pendek, yaitu kehidupan dunia. Mereka merancang kehidupannya hanya sampai hari
tua, seluruh perhatian dan aktifitasnya dicurahkan untuk keberhasilan dan
kesuksesan hidup didunia. Mereka tidak peduli dengan kehidupan jangka panjang,
bahkan mereka ragu dengan adanya kehidupan akhirat yang abadi dan pertemuan
dengan Allah kelak.
Barang siapa yang mengharapkan berjumpa dengan Allah penguasa alam
semesta, maka saat pertemuan itu pasti terjadi. Barang siapa yang tidak
mengharap perjumpaan dengan Allah, maka di akhirat kelak dia tidak akan
berjumpa dengan-Nya, kesenangan dan kegembiraan hidupnya didunia ini telah
berakhir dengan datangnya kematian, diakhirat kelak ia akan dikumpulkan
dilembah neraka, hidup kekal abadi selamanya disana.
B.
Masalah
Akhlak kepada
Allah dapat di artikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan
oleh manusia sebgai makhluknya. Sehingga akhlak kepada allah dapat di artikan
segala sikap atau pebuatan manusia yang di lakukan tanpa berfikir lagi yang memang
ada pada diri manusia sebagai mamba Allah SWT. Disini akan dibahas tentang Akhlak kepada Allah SWT yaitu, meliputi Do’a,
Taubat dan Dzikir.
C.
Perumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud
Akhlak?
2.
Bagaimanakah Akhlak
kita kepada Allah SWT ?
3.
Apakah yang dimaksud
dengan Do’a ?
4.
Apakah yang dimaksud
dengan Taubat ?
5.
Apakah yang dimaksud
dengan Dzikir ?
D. Tujuan
1.
Mengetahui pengertian Akhlak kepada Allah SWT
2. Mengetahui pengertian
Do’a
3. Mengetahui pengertian
Taubat
4. Mengetahui pengertian Dzikir
E. Ruang Lingkup Masalah
1. Menjelaskan tentang pengertian
Akhlak kepada Allah.
2. Menjelaskan tentang pengertian
Do’a
3. Menjelaskan tentang pengertian
Taubat
4. Menjelaskan tentang pengertian
Dzikir
F. Manfaat
Penulisan Makalah ini, dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kepada pembaca tentang pengertian Akhlak
kepada Allah yang meliputi Do’a, Taubat dan Dzikir
BAB II
PEMBAHASAN
A.
AKHLAK
KEPADA ALLAH SWT
Kata
akhlak berasal dari kata bahasa arab, yaitu “khuluq” yang artinya budi
pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat, dan dapat kita ketahui bahwa akhlak
sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam pada jiwanya.
Sedangkan menurut istilah, akhlak ialah daya kekuatan jiwa yang mendorong
perbuatan dengan mudah dan tanpa berpikir dan di renungi lagi.[1]
Dengan
demikian akhlak pada hakikatnya adalah sikap yang melekat pada diri manusia,
sehingga manusia dapat melakukan tanpa berpikir, akhlak dikenal juga dengan
istilah moral dan etika. Moral yang berati adat atau kebiasaan, moral selalu
dikaitkan dengan ajaran baik dan buruk di terima umum atau masyrakat, karena adat istiadat
dalam satu masyarakat merupakan standar menentukan baik dan buruknya.
Sedangkan
akhlak kepada Allah dapat di artikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebgai makhluknya. Sehingga akhlak kepada
allah dapat di artikan segala sikap atau pebuatan manusia yang di lakukan tanpa
berfikir lagi yang memang ada pada diri manusia sebagai mamba Allah SWT.
B.
DO’A
Menurut bahasa "ad-du'aa" artinya memanggil,
meminta tolong, atau memohon sesuatu.[2]
Sedangkan doa menurut pengertian syariat adalah memohon sesuatu atau memohon
perlindungan kepada Allah SWT dengan merendahkan diri dan tunduk kepadaNya. Doa
merupakan bagian dari ibadah dan boleh dilakukan setiap waktu dan setiap
tempat, karena Allah SWT selalu bersama hamba-hambaNya. Do’a dalam pengertian
adalah pendekatan diri kepada Allah SWT dengan sepenuh hati[3],
dan rasulullah shallallahu’alaihi wasallam telah menegaskan keistemewaan do’a
di sisi Allah SWT adalah melebihi segala keistimewaan yang ada, dalam hal
ini rasulullah bersabda: tidak ada
sesuatu yang lebih mulia di sisi allah di banding dengan do’a (hr. tarmizi,
nasai,abu dawud). Do’a adalah bentuk pengagungan terhadap allah dengan di
sertai keikhlasan hati serta permohonan
petolongan disertai kejernihan nurani agar selamat dari segala. selamat dari
segala musibah serta meraih keselamatan abadi. Doa berarti memohon atau meminta
sesuatu yang baik kepada Allah SWT yang
Maha Pemurah. Allah SWT menyuruh
orang-orang Islam berdoa atau meminta sesuatu kepadaNya seperti firman Allah
SWT Q.S Al-mu’min : 60
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah
kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku[1326] akan masuk neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina."
Etika
dalam berdo’a
Etika dalam do’a adalah bagian dari ibadah untuk mendapatkan
kemakbulan dalam berdo’a.[4]
a.
Memulai
berdoa dengan membaca basmalah
Berdoa hendaknya dimulai dengan membaca basmalah (karena malakukan
perbuatan yang baik hendaknya dimulai dengan basmalah), hamdalah dan sholawat.
b.
Memilih
waktu
Seorang
muslim dalam berdo’a hendaklah memilih waktu dan situasi yang baik sehingga
do’anya dapat di kabulkan Allah SWT: seperti pada hari arafah, hari jumat,
bulan ramdhan, malam lailatul-qadar,waktu sahur (menjelang shubuh), atau di
tengah keheningan malam
● Hari
harafah adalah hari dimana kaum muslimin dari seluruh penjuru dunia berkumpul
disuatu tempat, padang arafah ,
berkumpul untuk mendekatkan diri kepada allah dalam pelaksanaan ibadah haji.
● Bulan
ramadhan memiki keistimewaan untuk memprbanyak do’a dikarnakan pada bulan itu
dibukakan pintu-pintu surga dibuka seleba-lebarrnya.
● Hari
jumat memiliki keistimewaan untuk memperbnyak do’a dikarnkan termasuk hari yang
paling mulia dalam satu minggu.sebab di dalamnya terdapt waktu yang apabila
seseorang memanjatkan pasti dikabulkan allah.
● Malam lailatul-qadar
memiliki keistimewaan untuk memperbnyak doa di karenakan termasuk malam yang
palng di muliakan allah, beribadah di dalamnya lebih baik bribadah seribu bulan
,
Dalam
hal ini rasulullah menegaskan: “Barang siapa melakukan ibadah pada malam
qadar (lailatul qadar) di landasi iman
dan keikhlasan hati, maka di ampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.
● Waktu sahur (menjelang
subuh) memiliki keistimewan untuk memperbanyak doa dikarnakan disaat itu hati
seseorang sedang dalam keadaan tenang bersih lagi suci
● Pada waku sahur, allah menebarkan ampunan dan
rahmat-nya kepada setiap manusia yang memanjatkan doa
c. Mengangkat tangan dan menghadap kiblat
Seorang muslim ketika berdo’a hendaklah menghadap kiblat.sebab yang demikian adalah
sunat. Disamping itu hendaklah mengangkat tangan ketika berdo’a, dan
mengusapkan kedua telapak tangan ke wajah ketika selesai brdo’a. Karna itu
bagian dari sunnah rasul.
Do’a yang di panjatkan disertai mengangkat tangan mudah di kabulkan
oleh Allah SWT, dalam hal ini Rasulullah menegaskan: “sesungguhnya tuhan mu
hidup kekal lagi maha mulia, merasa malu terhadap hamba-nya yang mengangkat
tangan tinggi-tinggi ketika berdo’a sehingga tidak ada lagi alasan untuk tidak mengabulkan
permohonannya .”(HR A bu daud dan tirmidzi dari salaman AL-Fairisi).
d.
Dimulai
dengan memuji Allah SWT
Seoramg
muslim ketika berdo’a hendaklah memulai do’anya dengan memuji keagungan Allah,
bahwa pujian kepada Allah bershalawat kepada Nabi baik di tengah, di awal
maupun di akhir do’a
Bahwa
pujian kepadaAallah dengan menyebut asma-nya yang mulia (asmaul-husna) dan
bacaan shalawat nabi ketika memulai suatu do’a merupakan etika dalam berdo’a.
Sebuah do’a akan di kabulakan Allah bila disertai bacaan asmaul-husna dan
shlawat nabi, dan para nabi meyakinin bahwa hal tersebut merupakan etika yang
sngat tinggi di dalam berdo’a, sehingga mereka menjadikan pujian terhadap allah
merupakan permulaan dari do’a.
e.
Khusyuk’
dalam berdo’a
Ketika
dalam berdo’a hendaklah menunjukkan siakap merendahkan diri dan kekhsyuk’an
hati. Misalnya, dengan mengulang bacaan do’a hingga tiga kali, tidak
tergesa-gesa , serta penuh keyakinan bahwa do’a yang panjatkan pasti di
kabulkan oleh Allah SWT kepada setiap
hambanya yang memanjatkan do’a dalam Al-Qur’an telah di tegaskan :
Artinya
: ”berdo’a lah kepada tuhan mu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut
.sesungguhnya allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah allah memperbaikinya ,
dan berdo’alah kepadnya dengan rasa takut tidak di terima dan penuh harapan
akan di kabulkan , sesungguhnya rahmat allah sngatlah dekat kepada orang-orang yang berbuat baik
.”(QS-A’raf:55-56).
f.
Dengan
suara sederhana
Ketika
memanjatkan do’a hendalah dengan volume suara yang sederhana, tidak tidak terlalu
keras tidak pula terlalu pelan. Sebab orang yang berdo’a berarti sedang
berdialog dan berhadapan langsung dengan Allah SWT, dan selayaknya bila dia
merendahkan suara hingga hatinya lebih khusyuk dan merasa dekat dengan-Nya.
g.
Memilih
do’a Qur’ani dan hadisi
Ketika
berdo’a hendaklah kita memilih do’a-do’a yang telah di ajarkan Al-Qur’an maupun
Al-Hadist, Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’Ulumuddin menegaskan: yang terbaik
bagi seseorang yang memanjatkan do’a
adalah memilih do’a yang benar-benar telah diajarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist,
sebab kemakbulannya sudah teruji, keberhasilannya dalam mendatangkan
kemaslahatan bagi ummat.
h.
Tidak
menyimpang dari syariat
Ketika
berdo’a hendaklah jangan menyimpang dari garis ajaran syariat Islam, dan jangan
berdo’a untuk kesengsaraan orang lain atau untuk kecelakaan diri sendiri. Sebab
sudah kebiasaan bagi manusia, bila dilanda musibah yang berat kemudian putus
asa dan berdo’a dengan do’a yang konyol, misalnya, meminta agar segera
meninggal atau mendapatkan musibah yang lebih berat lagi dan apabila marah pada
orang lain, kemudian mendo’akannya dengan do’a yang tidak baik.
C.
TAUBAT
Taubat
adalah kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali dari jalan yang
jauh dari allah ke jalan yang lebih dekat ke pada allah dan meninggalkan
seluruh dosa dan kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa yang telah lalu, dan
berkeinginan teguh untuk tidak mengulngi lagi perbuatan dosa tersebut pada
waktu yang kan datang[5].
Allah berfirman Q.S. Al-Tahrim 8:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada
Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan
Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak
menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka
memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan:
"Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami;
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Hukum taubat adalah wajib bagi setip muslim
atau muslimah yang sudah mukallaf (balig dan berakal). Taubat baru dinggap sah
dan dapat menghapus dosa apabila telah memenuhi syarat yang telah di tentukan.
Bila dosa itu terhadap Allah SWT. Maka syarat taubatnya ada tiga macam, yaitu:
- Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat
- Meninggalakan perbuatan maksiat itu
- Bertekan dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan mengulangi lagi perbuatan maksiat itu.
Namun bila dosa
itu terhadap sesama manusia, maka syarat taubatnya ditambah dua lagi yaitu :
- Meminta maaf terhadap orang yang dizalimi atau dirugikan
- Mengganti kerugian setimbang dengan kerugian yang dialaminya akibat perbuatan zalim itu atau minta kerelaannya.
Dosa terhadap
sesama manusia akibat perbuatan zalim itu hendaknya disellesaikan di dunia ini
juga. Karena kalau tidak., pelaku dosanya di alam akhirat termasuk orang yang
merugi bahkan celaka. Apabila seorang telah terlanjur berbuat dosa, kemudian
bertaubat dengan sebenar-benarnya, tentu ia akan memperoleh banyak hikmah dan
manfaat. Tentu saja taubat yang dilakukan harus memenuhi syarat taubat seperti
tersebut. Adapu hikmah daan manfaat yang diperoleh dari taubat itu antara lain:
dosanya diampuni, memperolah rahmat Allah, dan bimbingan untuk masuk surga.
Allah SWT berfirman:
“Wahai
orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat
semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu
dan memasukkan kamu ke dalam surga”. (Q.S At-Tahrim,
66 : 8)
Perlu diketahui
dan disadari oleh setiap orang yang telah terlanjur berbuat dosa, bahwa seorang
yang telah membaca istigfar (mohon ampunan dosa kepada Allah), tetapi terus
menerus berbuat dosa, maka ia akan dianggap telah mengolok-ngolok Tuhannya.
Demikian juga seorang yang berbuat dosa dan baru bertaubat ketika “sakaratul
maut” maka taubatnya tidak akan diterima Allah SWT.
Taubat yang di terima dan benar
itu mempunyai beberapa tanda:
1.
Agar
setelah taubat ia menjadi lebih baik dari sebelumnya.
2.
Agar rasa takut itu terusmenyertainya, dan tidak
pernah merasa aman dari siksa allah SWT.
3.
Hatinya
merasa terlepas, dan hancur tercabik-cabik karena menyesal dan merasa
takut,sesuai dengan besar kecilnya dosanya
4.
Merasa
remuk-redam tersensiri dalam hati, yang tidak diserupai oleh apa pun, seperti
seorang hamba yang telah berbuat salah dan memberontak kepada tuhannya
Sebab – sebab
manusia harus bertaubat:
-
Telah
melakukan dosa kecil atau dosa besar
-
Supaya setiap amalan diterima oleh Allah dengan
mudah
-
Supaya manusia tidak sombong dengan kekuasaan
dan keagungan Allah[6]
Sebab Allah
menerima taubat hambanya:
-
Allah maha penyayang dengan mengampunkan dosa
hambanya
-
Supaya hambanya bersih daripada dosa dan
memperoleh balasan syurga d akhirat
-
Orang yang bertaubat akan berasa benci dengan
dosa yang dilakukan
-
Supaya seseorang itu sentiasa melakukan
kebaikan dan meninggalkan kejahatan[7]
Syarat – syarat
taubat :
-
Menyesal terhadap maksiat yang dilakukan
-
Berhenti melakukan maksiat dengan segera
-
Berazam tidak akan mengulangi lagi
-
Berterus terang memohon maaf jika berkaitan
dengan hak orang lain[8]
Hikmah Taubat :
-
Memberi peluang kepada orang yang berdosa
kembali kejalan Allah
-
Memberi ketenangan hati kepada muslim yang
bertaubat
-
Mendapat keampunan serta petunjuk Allah
-
Sebagai satu cara mendekatkan diri kepada Allah
D.
DZIKIR
Pengertian
dzikir menurut bahasa berasal dari kata “dzakaro” yang artinya ingat[9].
Kata dzikir mengambil dari masdarnya dzikron, kemudian terkenal dengan istilah
dzikir. Sedangkan dzikir menurut syara’ adalah ingat kepada Allah dengan
etika tertentu yang sudah ditentukan dalam Al Qur’an dan Hadits dengan tujuan
mensucikan hati dan mengagungkan Allah.
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah,
zikir yang sebanyak-banyaknya." (QS. Al-Ahzab : 41).
Allah
sudah menunjukkan dasar pokok bahwa dzikir mampu menentramkan hati manusia.
Hanya dengan dzikirlah hati akan menjadi tentram, sehingga tidak timbul nafsu
yang jahat. Berdzikir dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dalam keadaan
bagaimamanapun, kecuali ditempat yang tidak sesuai dengan kesucian Allah.
Seperti bertasbih dan bertahmid di WC.
Artinya:
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka." (QS. Ali Imran : 191).
Dzikir
Menurut Imam Nawawi Al BAntaniyu Penulis kitab Al Adzkar, menjelaskan dalam
kitabnya bahwa dzikir bisa dilakukan dengan lisan dan hati. Tingkatan dzikir
akan menjadi lebih sempurna jika melakukannya denga hati dan lisan. Jika harus
memilih, mana yang lebih utama, menurutnya, harus dengan hati saja, namun akan
lebih afdhol (utama) jika melakukannya dengan hati dan lisan sesuai dengan
sunah Rosulullah.
Dzikir
ialah menyebut allah dengan tasbih (subhanallah), membaca tahlil (la-ilaha
illallahu), membaca tahmid (alhamdulillahi), baca tqdis (quddusun),
membaca taqbir (allahu akbar), membaca hauqalah (la haula wala quata
illa billahi), membaca hasbalah (hasbiyallahu), membaca basmalah
(bismillahirrohmanirrohim)membaca Al-Qur’an dan membaca do’a-do’a yang di
terima dari allah SAW
1. Bentuk
dan Cara berdzikir :
a.
Dzikir dengan hati, yaitu dengan cara
bertafakur, memikirkan ciptaan Allah sehingga timbul di dalam fikiran kita
bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa. Semua yang ada di alam semesta ini
pastilah ada yang menciptakan, yaitu Allah SWT. Dengan melakukan dzikir seperti
ini, keimanan seseorang kepada Allah SWT akan bertambah.
b.
Dzikir dengan lisan (ucapan), yaitu dengan cara
mengucapkan lafazh-lafazh yang di dalammya mengandung asma Allah yang telah diajarkan
oleh Rasulullah kepada ummatnya. Contohnya adalah : mengucapkan tasbih, tahmid,
takbir, tahlil, sholawat, membaca Al-Qur'an dan sebagainya.
c.
Dzikir dengan perbuatan, yaitu dengan cara
melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-laranganNya. Yang
harus diingat ialah bahwa semua amalan harus dilandasi dengan niat. Niat
melaksanakan amalan-amalan tersebut adalah untuk mendapatkan keridhoan Allah
SWT. Dengan demikian menuntut ilmu, mencari nafkah, bersilaturahmi dan
amalan-amalan lain yang diperintahkan agama termasuk dalam ruang lingkup dzikir
dengan perbuatan.
2. Manfaat Dzikrullah:
Selalu ingat
dan menyebut nama Allah setiap saat dan sepanjang waktu dikala berdiri, duduk
dan berbaring merupakan gambaran nyata dari keimanan ,ketakwaan dan rasa
tawakkal seseorang.
Allah akan
memperlihatkan menfaat nyata dari amalan dzikrullah seseorang dalam
kehidupannya sehari hari hari antara lain:
- Mendapat ketenangan hati dan bebas dari perasaan jengkel, kecewa, sedih, duka, dendam dan stress berkepanjangan
- Dikeluarkan Allah dari kegelapan (hidup yang penuh kesukaran, kesempitan,kepanikan, kekalutan ,kehinaaan dan serba kekurangan ) kepada cahaya yang terang benderang ( hidup bahagia,nyaman, aman, mulia, sejahtera dan berkecukupan).
- Terpelihara dan terhindar dari melakukan perbuatan keji dan mungkar
- Terpelihara dari kelicikan dari tipu daya syetan yang menyesatkan
- Selalu mendapat jalan keluar dari berbagai kesulitan yang datang menghadang dan mendapat rezeki dari tempat yang tidak pernah diduga, serta selalu dicukupkan semua kebutuhan hidupnya
Untuk melaksanakan dzikir ada tata krama yang harus diperhatikan,
yakni adab berdzikir. Semua bentuk ibadah bila tidak menggunakan tata krama
atau adab, maka akan sedikit sekali faedahnya. Dalam kitab Al Mafakhir
Al-’Aliyah fil Ma-atsir Asy-Syadzaliyah disebutkan pada pasal Adabuddz-Dzikr,
sebagaiman dituturkan oleh Asy-Sya’roni bahwa adab berdzikir itu banyak tetapi
dapat dikelompokkan menjadi 20 (dua puluh), yang terbagi menjadi tiga bagian; 5
(lima) adab dilakukan sebelum bedzikir, 12 (dua belas) adab dilakukan pada saat
berdzikir, 2 (dua) adab dilakukan seelah selesai berdzikir.
Adapun 5 (lima
) adab yang harus diperhatikan sebelum berdzikir adalah;
1. Taubat, yang hakekatnya adalah meninggalkan
semua perkara yang tidak berfaedah bagi dirinya, baik yang berupa ucapan,
perbuatan, atau keinginan.
2. Mandi dan atau wudlu.
3. Diam dan tenang. Hal ini
dilakukan agar di dalam dzikir nanti dia dapat memperoleh shidq, artinya
hatinya dapat terpusat pada bacaan Allah yang kemudian dibarengi dengan
lisannya yang mengucapkan Lailaaha illallah.
4. Menyaksikan dengan hatinya
ketika sedang melaksanakan dzikir terhadap himmah syaikh atau guru mursyidnya.
5. Meyakini bahwa dzikir thoriqoh
yang didapat dari syaikhnya adalah dzikir yang didapat dari Rasulullah SAW,
karena syaikhnya adalah naib (pengganti ) dari Beliau.
Sedangkan 12 (dua belas) adab yang harus diperhatikan pada saat melakukan
dzikir adalah;
1. Duduk di tempat yang suci
seperti duduknya didalam shalat..
2. Meletakkan kedua telapak
tangannya di atas kedua pahanya
3. Mengharumkan tempatnya untuk
berdzikir dengan bau wewangian, demikian pula dengan pakaian di badannya.
4. Memakai pakaian yang halal
dan suci.
5. Memilih tempat yang gelap dan
sepi jika memungkinkan.
6. Memejamkan kedua mata, karena
hal itu akan dapat menutup jalan indra dhohir, karena dengan tertutupnya indra
dhohir akan menjadi penyebab terbukanya indra hati / bathin.
7. Membayangkan pribadi guru
mursyidnya diantara kedua matanya. Dan ini menurut ulama thoriqoh merupakan
adab yang sangat penting
8. Jujur dalam berdzikir.
Artinya hendaknya seseorang yang berdzikir itu dapat memiliki perasaan yang
sama, baik dalam keadaan sepi (sendiri) atau ramai (banyak orang).
9. khlas, yaitu membersihkan
amal dari segala ketercampuran. Dengan kejujuran serta keikhlasan seseorang
yang berdzikir akan sampai derajat Ash-Shidiqiyah dengan syarat dia mau
mengungkapkan segala yang terbesit di dalam hatinya (berupa kebaikan dan keburukan
) kepada syaikhnya.Jika dia tidak mau mengungkapkan hal itu, berarti dia
berkhianat dan akan terhalang dari fath (keterbukaan bathiniyah).
10. Memilih shighot dzikir bacaan
La ilaaha illallah, karena bacaan ini memiliki keistimewaan yang tidak didapati
pada bacaan-bacaan dzikir syar’i lainnya.
11. Menghadirkan makna dzikir
didalam hatinya.
12. Mengosongkan hati dari segala
apapun selain Allah dengan La ilaaha illallah, agar pengaruh kata “illallah”
terhujam didalam hati dan menjalar ke seluruh anggota tubuh.
Dan 3 (tiga) adab setelah berdzikir adalah;
1. Bersikap tenang ketika telah
diam (dari dzikirnya), khusyu’ dan menghadirkan hatinya untuk menunggu
waridudz-dzkir. Para ulama thoriqoh berkata bahwa bisa jadi waridudz-dzikr
datang dan sejenak memakmurkan hati itu pengaruhnya lebih besar dari pada apa yang
dihasilkan oleh riyadloh dan mujahadah tiga puluh tahun.
2. Mengulang-ulang pernapasannya
berkali-kali. Karena hal ini (menurut ulama thoriqoh) lebih cepat menyinarkan
bashiroh, menyingkapkan hijab-hijab dan memutus bisikan-bisikan hawa nafsu dan
syetan.
3. Menahan minum air. Karena
dzikir dapat menimbulkan hararah (rasa hangat di hati orang yang melakukannya,
yang disebabkan oleh syauq dan tahyij (rasa rindu dan gairah) kepada
Al-Madzkur/ Allah SWT yang merupakan tujuan utama dari dzikir, sedang meminum
air setelah berdzikir akan memadamkan rasa tersebut.
4. Para guru mursyid
berkata:”Orang yang berdzikir hendaknya memperhatikan tiga tata krama ini,
karena natijah (hasil) dzikirnya hanya akan muncul dengan hal tersebut.”Wallahu
a’lam.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari
uraian-uraian di atas, dapat di ambil beberapa kesimpulan:
1. Akhlak terhadap allah dapat di artikan segala sikap atau pebuatan
manusia yang di lakukan tanpa berfikir lagi yang memang ada pada diri manusia
sebagai hamba Allah SWT
2. Taubat adalah kembali
seseorang dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali dari jalan yang jauh
dari allah ke jalan yang lebih dekat ke pada allah dan meninggalkan seluruh
dosa dan kemaksiatan ,menyesali perbuatan dosa yang telah lalu, dan
berkeinginan dan berpegangteguh untuk tiadak mengulngi lagi perbuatan dosa
tersebut pada waktu yang kan datang
3. Taubat adalah ingat kepada Allah dengan etika tertentu yang sudah
ditentukan dalam Al Qur’an dan Hadits dengan tujuan mensucikan hati dan
mengagungkan nama Alla. bahwa dzikir mampu menentramkan hati manusia. Hanya
dengan dzikirlah hati akan menjadi tentram, sehingga tidak timbul nafsu yang
jahat
4. Do’a
adalah prmohonan kepada allah disertai dengan kerendahan hati untuk mendpatkan
kebaikan dan kemaslahatan yang berda di sisinya.
B.
SARAN
Adapun saran dari penyusun adalah agar makalah ini bermanfaat bagi
kita semua dan dapat menambah ilmu dan keimanan, dalam mengkaji isi kandungan
yang membahas tentang akhlak kepada allah, yaitu berdzikir, do’a dan taubat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar