Jumat, 19 April 2013

entrepreneuer



Pernah 9 Kali Gagal, Wanita Ini Sekarang Raup Omzet Rp 10 Miliar
Dewi Rachmat Kusuma - detikfinance
Rabu, 20/03/2013 18:03 WIB


Jakarta - Jangan pernah menyerah untuk mencapai kesuksesan. Kejar terus untuk mendapatkannya walaupun telah berulang kali gagal.

Demikian diungkapkan Riezka Rahmatiana, Founder & Commisioner Justmine Pisang Ijo yang telah 9 kali gagal membangun berbagai macam bisnisnya. Melalui bisnis Justmine Pisang Ijo inilah, kini ia bisa meraup omzet hingga Rp 10 miliar setiap tahunnya.

"Awalnya saya sempat tertipu ratusan juta. Pisang ijo ini bisnis kesembilan dengan hanya modal Rp 150 ribu tapi berhasil," kata Riezka usai menjadi pembicara di acara Launching Ernst and Young Entrepreneurial Winning Woman 2013, di Graha Niaga, Jakarta, Rabu (20/3/13).

"Kenapa bisa besar karena punya impian besar. Prinsip saya berpikir yang besar dengan tindakan yang besar dan akan mendapat hasil yang besar. Apa yang dipikirkan saya dulu menjadi saya yang sekarang," katanya.

Bisnis kuliner khas Makassar miliknya ini, kini sudah merambah ke berbagai kota di Indonesia bahkan hingga Malaysia.

Dengan modal awal hanya Rp 150 ribu saja, wanita asal Lombok ini kini bisa menikmati manisnya perjuangan. Saat ini, dia sudah memiliki 250 gerai, diantaranya satu gerai di Malaysia yang dibuka Februari 2013 lalu.

Berawal dari hobi makan, ibu dua anak kelahiran 1986 ini punya mimpi untuk bisa menguasai dari hulu ke hilir penjualan makanan tradisional hingga dikenal ke mancanegara.

"Tadinya bahan bakunya dari distributor sekarang menanam sendiri. Pisang ijo itu khas Makassar tapi saya orang Lombok tinggal di Bandung. Awalnya suka makan. Jadi apapun yang dilihat apalagi kue tradisional beli dan penasaran gimana bikinnya," jelasnya.

Menurutnya, kemauan, keberanian, dan lingkungan sekitar ikut perperan besar terhadap kesuksesan seseorang. "Orang sukses terjadi akibat lingkungan yang sukses," cetusnya.
Ibu Rumah Tangga Ini Punya Omzet Rp 10 Miliar dari Kek Pisang
Dewi Rachmat Kusuma - detikfinance
Rabu, 20/03/2013 12:26 WIB

Jakarta - Sukses adalah milik semua orang. Di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Setidaknya itulah yang dikatakan Selvi Nurlia, Owner & Vice Director Kek Pisang Villa Batam.

Seorang ibu rumah tangga di pinggiran kota Batam yang kini sukses meraih omzet di atas Rp 10 miliar per tahun dengan jualan makanan khas oleh-oleh Kek Pisang Villa Batam. Dengan modal awal hanya Rp 2 juta saja, kini Selvi sudah bisa memiliki 13 outlet oleh-oleh khas daerah setempat di seluruh Indonesia.

"Awal 2007 masih ibu rumah tangga di pinggiran kota Batam. Awalnya saya hanya ingin punya penghasilan lebih dan membantu suami saya. Akhirnya saya direkomendasikan temen saya untuk ikut ajang wirausahawan wanita. Awalnya ogah-ogahan. Sampai saya mengikuti ajang bergengsi seperti ini. Tapi saya yakin bisa menaklukan orang-orang di Jakarta dengan bekal yang saya punya dengan bisnis kuliner di kota Batam," terang dia saat acara peluncuran Ernst & Young Entrepreneurial Winning Woman Tahun 2013, di Graha Niaga, Jakarta, Rabu (20/3/13).

Saat ini, Selvi menyebutkan, sudah memiliki 13 outlet di seluruh Indonesia, 6 outlet diantaranya berlokasi di Batam. Desember 2012, Selvi juga baru membuka outlet baru di 3 lokasi seperti Balikpapan, Banjarmasin, dan Padang.

Selvi menargetkan bisa membangun 40 cabang di kota-kota lain yang punya potensial market di bidang oleh-oleh. April ini, dia akan kembali membuka 3 outlet di daerah Jawa. Biasanya, kata dia, satu outlet menghabiskan biaya sebesar Rp 1 miliar.

"Kita pengen seperti Alfamart dan Indomaret tapi khusus oleh-oleh. Setelah ikut E&Y saya dapat networking yang besar. Waktu di Batam tidak begitu banyak networking, di sini saya bisa dapat lebih," paparnya.

Menurutnya, dalam mengembangkan bisnis yang terpenting adalah membangun network. "Enam tahun saya merintis oleh-oleh khas Batam. Kita bisa mengembangkan bisnis ini dan bisa mengembangkan potensi bisnis yang lebih tinggi. Network adalah segalanya dan membuka peluang yang sangat besar bagi saya," kata Selvi.

cara menjadi entrepreneuer

Mulailah Usaha Dari Yang Anda Bisa


Pernahkah anda berpikir tentang arti sebuah kesuksesan ? , Sukses adalah kata yang sangat indah dan menjadi harapan bagi semua orang.

Sayangnya kata sukses sangat selektif dalam menghampiri setiap orang yang akan mendekatinya, Hanya orang-orang yang telah memenuhi syarat yang bisa mendapatkan sukses.

Hidup adalah pilihan,dan sukses adalah peluang,Sedangkan yang namanya peluang terkadang datang tanpa diundang,banyak yang mencari namun sulit sekali di temui.

Oleh karena itu bagi siapa yang pintar memanfaatkan peluang,Ia akan memiliki garis kehidupan yang lebih baik dalam memperoleh kesuksesan.

Meraih sukses adalah proses panjang bagaikan sebuah perjalanan yang harus di tempuh dengan banyak rintangan , Bagian tersulit adalah ketika akan memulai langkah pertama,Karena harus punya keberanian dan rasa percaya diri yang tinggi.

Dalam mengawali sebuah usaha ,Terkadang kita di hadapkan pada berbagai pilihan,Demikian pula dalam proses pengembangan , Bisnis harus dimulai terlebih dahulu dengan sebuah gagasan,perencanaan yang baik,niat yang kuat,mudah dipahami dan mudah dilaksanakan lalu kemudian mewujudkannya.

Akibat usaha yang tifak dirancang dengan baik,banyak cerita sukses di masa lalu,kini hanya menjadi pelipur lara yang berakhir dengan penyesalan.

Barangkali di benak anda kemudian muncul pertanyaan ,Bahwa untuk mendapatkan peluang usaha,kemana harus mencari informasi dan berapa besar modal yang di perlukan ?

Sesungguhnya peluang usaha ada dimana-mana,Dan dari berbagai pilihan yang ada , Mulailah Usaha/ Bisnis dari apa yang anda bisa ,Dan dari usaha yang anda bisa dan sukses,Anda bisa membuka usaha dari yang anda kurang bisa tetapi anda punya modal yang cukup dan tidak terlalu khawatir dengan kegagalan usaha.

Sederhana ,Dimulai dari usaha yang anda bisa ,anda rintis dan mudah-mudahan sukses,anda mendapatkan keuntungan serta mental entrepreneurs !!


Jualan 'Mie Jupe' Pria Ini Raup Rp 150 Juta/Bulan

Dewi Rachmat Kusuma - detikfinance
Senin, 01/04/2013 09:45 WIB

Jakarta - Berawal dari hobi makan mie, Ayodya Kunto (30) berhasil menciptakan mie ramen bercita rasa Indonesia dengan sebutan Mie Jupe alias Mie Juara Pedas. Memulai usaha dari Agustus 2012 dengan modal awal berutang Rp 50 juta, kini pria tersebut bisa meraup omzet hingga Rp 150 juta per bulan melalui 2 kiosnya.

Saat ini, Ayodya sudah memiliki 2 cabang di Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur dan di Bintara, Bekasi. Awal April ini, dia juga akan membuka cabang baru di Harapan Indah Bekasi.

“Kalau modal pribadi sih enggak ada, itu modal dari utang, sekarang sudah balik modal, malah untung. Usaha saya semakin ramai dan berkembang. Mulai per awal April ini, saya sudah bisa membuka cabang yang ketiga,” katanya saat bercerita kepada detikFinance, di Jakarta, Senin (1/4/2013).

Mie Jupe milik Ayodya ini dihargai Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu per porsinya. Mie Jupe ini menyediakan 3 varian mie, yaitu Mie Jupe kuah, goreng, dan spaghetti. Untuk Mie Jupe kuah, terdiri dari rasa original dan kare, sedangkan Mie Jupe goreng ada rasa original, saus tiram, dan saus pedas.

Kata Ayodya, produk Mie Jupe ini seperti mie ramen dari Jepang namun dengan skala ekonomis menengah ke bawah dengan sedikit inovasi melalui sensasi pedas karena masyarakat Indonesia cenderung suka pedas.

Dia mengaku, Mie Jupe buatannya ini banyak digemari pelanggannya yang kebanyakan remaja, mulai dari anak sekolah sampai kuliahan. Biasanya, pelanggan Mie Jupe ini bisa mencapai hingga 250 orang per harinya.

Ada yang beda dari Mie Jupe ini dari mie yang biasa kita jumpai, yaitu pelanggan bisa memilih tingkat kepedasan, mulai dari level 1 hingga 10.

“Kita punya rasa khas kuah yang berbeda. Mie-nya juga kita bikin sendiri. Pedasnya juga berlevel dari level 1 sampai 10. Sekarang Mie Jupe berprospek sangat bagus karena sudah jadi tren masakan pedas saat ini,” cetusnya.


berita entrepreneuer



Cara Mengetahui Trend Bisnis di Indonesia
Tung Desem Waringin - detikfinance
Senin, 15/04/2013 10:22 WIB

Jakarta - Satu lagi, rahasia yang akan saya ungkapkan di sini khusus untuk Anda, yaitu mengenai trend bisnis yang akan terjadi di Indonesia.

Sering saya ditanya dalam krisis global yang terjadi di dunia, bagaimana kondisi Indonesia menghadapi krisis tersebut? Padahal tahukah Anda, research yang telah dilakukan para ahli menunjukkan sesuatu yang sangat mengejutkan mengenai Indonesia.

Bagaimana kita mengetahui bahwa sebuah bisnis tadi mempunyai potensi atau tidak punya potensi? Bisnis akan tumbuh cepat atau melambat.

Bagaimana kita tahu, bahwa suatu bisnis tadi bagus atau jelek? Sudah pasti bahwa bisnis bagus atau jelek itu tergantung dari empat hal, satu tergantung dari siklus bisnis tersebut, kedua kemampuan dari kita atau pemiliknya untuk menciptakan penawaran sebegitu menariknya. Serta bisa di percaya, kalau orang tidak mau beli kesannya “bodoh” luar biasa.

Kalau Anda jago menciptakan penawaran, jago menyampaikan penawaran, jago dalam bertransaksi maka akan menjadi dahsyat adanya. Tapi apakah hanya dua hal ini yang mempengaruhi bisnis tadi, bagus atau tidaknya masih ada dua hal lagi, yang ketiga adalah tergantung dari kemampuan masyarakat untuk menyerapnya, kalau kemampuan masyarakatnya tidak cukup mampu untuk menyerapnya, incomenya dan spending powernya tidak ada.

Kemudian bisnis dan siklusnya bagus tetapi tidak laku (mohon maaf). Kemudian yang ke empat juga tergantung dari banyaknya pesaing Anda dan kemampuan dia untuk menciptakan penawaran.

Dalam kondisi trend dunia seperti ini, ketika kemampuan masyarakat sedikit banyak turun. Kalau Anda jago menawarnya kemungkinan daya beli masih lebih tinggi daripada Anda hanya melakukan branding saja.

Maksudnya apa saya tidak menentang branding, tapi kalau Anda branding pastikan Anda juga menawarkan, bukan hanya sekedar mengingatkan. Boleh..kalau mereka tidak ingat bagaimana mereka bisa beli, tapi menawarkan itu juga bagian dari branding. Jadi saran saya Anda belajar terus Marketing Revolution saya.

Semoga Bermanfaat. Saya Tung Desem Waringin mengucapkan Salam Dahsyat!




Menjajal Peluang Bisnis Kebab Zahfi Bermodal Rp 30 Juta
Wiji Nurhayat - detikfinance
Kamis, 04/04/2013 08:02 WIB

Jakarta - Mau memiliki usaha makanan praktis dan menguntungkan? Kebab Zahfi menawarkan kemitraan atau business oppurtunity (BO), bukan waralaba.

Kebab Zahfi adalah kebab citarasa Indonesia yang menawarkan dan menjual berbagai macam produk seperti kebab, burger, syawarma, roti Cane/maryam dengan aneka produk rasa dan disajikan dengan rasa serta kualitas yang nikmat.

Hefni Tri Sriyantono (35 tahun) telah merintis bisnis kebab citarasa Indonesia ini sejak tahun 2008. Saat ini pihaknya telah memiliki 2 outlet dan 33 outlet lainnya telah dimitrakan ke investor. Ia menuturkan sangat mudah bagi para calon investor untuk mengikuti program kemitraan produk Kebab Zahfi.

"Program kemitraan kita sangat mudah karena langsung jualan dan diuntungkan dengan tidak adanya royalti. Investasi yang kami tawarkan wajar hanya Rp 30 juta hingga 65 juta tergantung tipe booth,Outlet luar/ dalam dan Foodcourt. Tidak perlu mahal-mahal karena kami mengutamakan investasi para mitra bisa balik sesuai harapan," kata Hefni saat diwawancarai detikFinance, Rabu (3/04/2013).

Dari ketiga jenis produk tersebut, setidaknya para investor mendapatkan keuntungan bersih beragam mulai dari Rp 4 juta hingga 7 juta per bulan (tergantung booth dan lokasi). Omzet per hari, berdasarkan pengalaman ia mengoperasikan miliknya sendiri berkisar Rp 400 ribu sampai tertinggi Rp 2 juta.

Namun Hefni menuturkan proses kemitraan hanya berlangsung selama 5 tahun dan setelah itu investor tinggal memilih antara berhenti atau memperpanjang program kemitraan. Untung memperpanjang pihaknya akan memberikan diskon beragam kepada investor

"Jika memperpanjang kita akan berikan diskon hingga 16%, seperti investasi Rp 30 juta jika memperpanjang cukup membayar Rp 25 juta saja," imbuhnya.

Usaha Kebab Zahfi sudah dirintis Hefni sejak tahun 2008 silam. Setelah berjalan selama 4 tahun lebih akhirnya ia berkeyakinan akan produk yang dihasilkan yaitu kuliner makanan Kebab Khas Indonesia dengan merek “ZAHFY KEBAB INDONESIA”.

Ia membuka kesempatan seluas-luasnya bagi investor untuk bergabung menjadi mitra di wilayah Jabotabeka dan wilayah lainnya.
Psikolog Ini Terjun ke Bisnis Alas Kaki & Tas dari Batik dan Songket
Zulfi Suhendra - detikfinance
Rabu, 03/04/2013 11:20 WIB

Jakarta - Indonesia banyak memiliki karya produk kain seperti batik, songket, tenun dengan berbagai motif. Potensi ini dimanfaatkan oleh Nina, wanita berusia 35 tahun ini jatuh cinta dengan kain Indonesia. Hal ini menjadikan Nina membangun bisnisnya dengan membuat Raiya Butik yang menjual pakaian, tas, alas kaki berbahan dasar batik, songket dan tenun.

Wanita bernama lengkap Maharsi Anindyajati memulai usahanya pada tahun 2009. Wanita yang berprofesi sebagai psikolog itupun mengatakan, titik tolak lahirnya Raiya Butik berawal dari menjual produknya ke teman-temannya.

"Lalu saya mikir kayaknya sayang kalau cuma kain aja. Dan saya mikir bukan baju karena baju udah banyak banget, akhirnya saya mikir tas batik dan alas kaki," kata Nina saat dihubungi detikFinance, Rabu (3/4/2013).

Mulai dari saat itu, tepatnya akhir 2010, Nina memberanikan diri untuk membuat produk tas dan alas kaki yang berbahan dasar kain khas Indonesia seperti jumputan, batik, songket dan jenis kain lainnya.

Pada saat itu, Nina mengangkat 2 orang pekerja yang bertugas masing-masing sebagai pembuat tas dan sepatu. Mendapatkan respons yang baik dari para konsumen, akhirnya usaha Nina berkembang hingga saat ini.

"Karyawan saya asalnya 2, yang bikin tas dan sepatunya. Sekarang Alhamdulillah terakhir untuk tas itu 5 orang, sepatu 3 orang, kemudian untuk operasional dan marketing itu 2 orang. Jadi total itu 10 orang," paparnya.

Dalam sehari butik Raiya yang diadopsi dari nama ketiga anak Nina ini dapat memproduksi hingga 100 tas dan 100 sepatu. Harganya bervariatif, tergantung dari bahan yang digunakan. Untuk 1 tas yang terbuat dari kain batik atau kain lainnya, dan dikombinasikan dengan kulit genuine (ular, domba, sapi) dihargai Rp 600.000-1.500.000. Sedangkan yang dikombinasikan dengan kulit imitasi atau sintetis dihargai Rp 350.000-500.000.

Untuk sepasang sepatu berlabel Raiya, Nina mematok harga Rp 250.000-550.000, tergantung model dan bahan yang digunakan.

Nina mengaku, produknya ini memiliki keunggulan yang mungkin produk lain tidak akan punya. Pasalnya, bahan baku yaitu kain yang didapat Nina adalah klain yang bersifat "limited edition", yang diketahui seperti contoh sebuah kain batik tulis yang hanya dibuat 1 lembar di Indonesia. Pemesan pun diberi penawaran menarik, yaitu bebas memilih menggunakan kain apa dan modelnya.

"Karena custom itu juga bisa jadi one of a kind (unik). Misalnya kalau batik tulis itu aja, itu kan cuma satu atau dua gitu. Nah ketika menjelma menjadi tas atau sepatu, itu bisa menjadi satu-satunya mungkin. Kalau batik saya nggak mau yang printing, tapi yang cap. Kalau tenun juga yang pakai tangan," jelasnya.

Pemasaran yang dilakukan Nina masih banyak bertumpu pada pemasaran online, melalui website, facebook, twitter atau jejaring sosial lainnya. Sayangnya, Nina belum berniat untuk diajak atau mengajak investor lain untuk mengembangkan bisnisnya meskipun usahanya ini memiliki potensi yang sangat besar, dengan alasan masih ingin berbisnis menggunakan modal sendiri.

Pasarnya pun tersebar luas, para konsumen yang membeli produknya bukan hanya dari kalangan dalam negeri saja tapi mancanegara.

"Saya kalau ekspor skala besar itu belum. Konsumen ada yang dari Amerika, Hungaria, Korea, Singapura, India, China, Maroko. Beli perorangan, karena web atau twitter," katanya.

Omset yang didapat Nina dari usaha yang telah ia geluti selama 2 tahun ini mencapai Rp 50 juta/bulan. Dari situ, dia mengambil keuntungan bersih hanya 30% atau sekitar Rp 15 juta. Dia mengaku, tak mengambil keuntungan banyak dari produk yang dijualnya. Namun, ada pesan yang sangat mendalam dari orientasi bisnisnya ini.

"Orientasi saya bukan mengambil keuntungan, tapi membuka lapangan pekerjaan. Nambah terus. Jadi kalau kayaknya orang nanam modal saya takut orientasi saya nggak kesitu lagi. Saya sebenarnya pengen lebih banyak misi sosialnya, karena saya rasa yang namanya uang itu akan mengikuti ya. Kalau keuntungan pribadi sih ada lah kecil-kecilan," kata Nina.

Oleh karena itu, Nina mengaku indikator paling nyata dari perkembangan bisnisnya ini adalah dengan bertambahnya tenaga kerja yang awalnya hanya 2 orang, kini menjadi 10 orang yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 1 wanita.

"Saya ingin menambah orang, tapi saya tetap akan mengandalkan modal sendiri," katanya.

Sebenarnya apa yang membuat seorang psikolog berusia 35 tahun ini terjun ke bisnis tanpa mengesampingkan pekerjaannya? Selain atas dasar ingin membuka lapangan pekerjaan dan melestarikan budaya khas tanah air, Nina mengaku sejak kecil dan semasa remaja, dia memang hobi untuk berjualan, dan pandai melihat peluang.

"Kalau dari kecil saya sudah apa saja saya jualin. Saya SMP saya jual stiker. Ada kenikmatan pribadi kalau bisa menjual sesuatu. Kalau jaman kuliah saya kerjasama sama tukang fotokopi," tutupnya.

Ingin tahu lebih lanjut mengenai produk Raiya Butik? Anda bisa datang ke showroom Raiya di Jalan Rawasari Barat I No 5A, Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat. Atau di No Telepon 021-42875402 dan website www.raiyabutik.com

berita





Anggaran UN untuk Sekolah Dasar Rp 100 Miliar Masih Diblokir
Maikel Jefriando - detikfinance
Jumat, 19/04/2013 17:15 WIB

Jakarta - Pihak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengakui masih ada anggaran Ujian Nasional (UN) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang masih diblokir. Anggaran yang diblokir itu sebesar Rp 100,8 miliar.

Dirjen Anggaran Kemenkeu Heri Purnomo menyatakan anggaran diketahui bertujuan untuk penyelenggaraan ujian Sekolah Dasar (SD).

"Tapi yang jelas untuk ujian nasional masih ada Rp 100,8 miliar, itu katanya buat ujian SD, ujian SD kan belum berlangsung," ujarnya di Kantor Kementerian Keuangan, Jalan Wahidin Raya, Jakarta Pusat, Jumat (19/4/2013).

Anggaran UN Rp 543 miliar sudah terlebih dahulu dicairkan pada 13 Maret 2013 karena menurut Heri dipergunakan untuk SMA dan SMP. Heri mengaku pihaknya akan mencairkan dana tersebut jika Kemendikbud menyelesaikan persyaratan pencairan anggaran yang telah diblokir.

"Tetap ada persetujuan dari DPR untuk tambahan-tambahan kegiatan nah untuk tahun ini kita coba benar jaga, kalau memang biasa terjadi seperti itu nggak ada governance, kita akan sangat berhati, tentu sangat kita jaga," jelasnya.

Seperti yang diketahui, pengajuan anggaran tambahan berlangsung saat anggaran awal masih diblokir. Anggaran awal adalah sebesar Rp 543 miliar, kemudian setelah ditambah menjadi Rp 644 miliar.

Kemenkeu baru mencairkan anggaran awal, sementara untuk tambahan, Kemendikbud harus menjalani prosedur pencairan anggaran.






Bank Dunia: Banyak Orang Tak Punya Jamban, Ekonomi Dunia Rugi Rp 2.470 Triliun
Wahyu Daniel - detikfinance
Sabtu, 20/04/2013 10:54 WIB

Jakarta - Lembaga multilateral yaitu Bank Dunia menyebutkan, saat ini ada satu dari tiga orang di dunia yang tidak memiliki jamban. Kondisi ini membuat perekonomian dunia merugi US$ 260 miliar atau sekitar Rp 2.470 triliun per tahun. Kok Bisa?

Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim mengatakan, kondisi minimnya orang yang mempunyai jamban ini membuat sanitasi buruk di beberapa belahan dunia. Sanitasi yang buruk ini menimbulkan kerugian ratusan miliar dolar per tahun tersebut dari turunnya kondisi kesehatan, lingkungan, dan pariwisata.

"Kita harus memperbaiki sanitasi apabila kita bermaksud menghapus kemiskinan ekstrem di 2030 dan meningkatkan pendapatan dari 40% kalangan termiskin. Dampak dari sanitasi buruk merupakan inti dari berbagai hambatan yang dihadapi kaum miskin dalam upaya mencapai kesejahteraan,kesehatan, pendidikan, lingkungan, kesetaraan, dan harga diri," tutur Kim dalam siaran pers yang dikutip, Sabtu (20/4/20130.

Tanpa jamban, ujar Kim, banyak penduduk negara-negara berkembang membuang air besar di sungai atau ladang, tanpa sadar menyebarkan kuman-kuman penyakit diare yang merupakan penyebab kedua kematian balita. Kim mengatakan, diare menyebabkan kematian ribuan anak setiap hari.

Menurutnya, Bank Dunia kaan terys mebantu membenahi sanitasi di dunia ini. Pada 2011 lalu, Bank Dunia mengalokasikan US$ 4miliar untuk air bersih dan sanitasi di seluruh dunia.