Jumat, 19 April 2013

makalah Anti nutrisi



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
 Anti nutrisi umumnya sebagian besar diperoleh dari hasil metabolismesekunder tanaman. Hasil metabolisme sekunder dibagi dua berdasarkan beramolekulnya, yaitu berat molekul kurang dari 100 dengan contoh pigmen pirol,antosin, alkohol, asam-asam alifatik, sterol, terpen, lilin fosfatida, inositol, asamasamhidroksi aromatik, glikosida, fenol, alkaloid, ester dan eter. Metabolismesekunder lainnya adalah yang berat molekulnya tinggi, yaitu selulosa, pektin,gum, resin, karet, tanin dan lignin. Tananam yang mengandung metabolitsekunder umumnya mengeluarkannya dengan cara pencucian air hujan (daun,kulit), penguapan dari daun (contoh: kamfer) ekskresi eksudat pada akar (contoh:alang-alang) dan dekomposisi bagian tanaman itu sendiri (jatuh ke tanah dan membusuk).
Terjadinya racun atau anti nutrisi secara umum berasal dari jalur metabolisglukosa maupun asam amino. Glukosa umumnya melewati jalur glikolisisdan/atau siklus Krebs kemudian menyimpang menuju sistem metabolismesekunder. Asam amino umumnya melewati jalur deaminasi dan/atau siklus Krebs dan kemudian menyimpang melalui metabolisme sekunder.
Terdapat banyak pendapat mengenai penggolongan racun atau anti nutrisi tersebut. Sebagian menggolongkan berdasarkan aspek botani, fisiologi, asaltanaman, efek metabolisme dan kimiawi. Berdasarkan aspek botani, menurut penelitian paling sedikit terdapat 20 famili golongan tanaman yang mengandung anti nutrisi (terutama tanaman berbiji dan berbuah).
Penggolongan anti nutrisi berdasarkan asal tanaman mempertimbangkan bahwa tanaman merupakan pembawa anti nutrisi dan masing-masing golongan tanaman mempunyai anti nutrisi yang khas. Beberapa tanaman mempunyai kandungan racun yang cukup tinggi pada daun (seperti tannin pada daun singkong), batang (seperti HCN pada sorghum), bunga (seperti saponin pada kembang sepatu), umbi (seperti solanin pada kentang), akar (seperti curcumin pada jahe) dan biji (seperti gosipol pada biji kapas).








B.     Tujuan dan manfaat
Adapun tujuan dan manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai bberikut:
a)      Mahasiswa mampu dan dapat mengetahui zat anti nitrisi Siklopropinoid
b)      Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang ilmu nutisi dan anti nutrisi pada HMT
c)      Bermanfaat dan berguna bagi yang membaca dan mengaplikasikannuya dalam kehidupan.



























BAB II
PEMBAHASAN

A.     Siklopropinoid
Siklopropinoid adalah jaringan asam lemak tak jenuh yang terdiri atasasam sterculat dan asam malvalat yang terbentuk dalam minyak biji kapuk padatingkat 1 - 2% dari minyak mentah pada proses pembuatan yang kurangsempurna. Dilihat dari ciri fisik yang dimiliki, asam siklopropinoid adalah sejenisobat bius yang mengikat organel dalam sel yang menghasilkan energi. Asamsiklopropinoid ini berasal dari gugus amida dengan rumus kimia C3H6.
Kapuk sebagai komponen pembawa siklopropinoid merupakan tanamanpekarangan, pinggir-pinggir jalan atau di galengan sawah. Bagian yang pentingdipandang dari segi ilmu makanan ternak adalah bijinya (produk dari biji). Bijitersebut mempunyai daging yang dapat mencapai50% yang mengandung proteinyang lebih tinggi (dibanding dengan biji kapuk yang lengkap dengan kulit) yakni52 - 56%. Minyak yang dikandungnya berkisar antara 22 – 25% dari bahankering. Setelah lemak dikeluarkan, tinggal bungkilnya yang dapat dipergunakansebagai pupuk organik ataupun sebagai pakan ternak.
 Seperti halnya bungkilbungkIlanlain, bungkil biji kapuk mempunyai protein kasar yang cukup tinggi (+28%). Dari hasil analisis proximat di laboratorium IPB didapatkan hasilkomposisi bungkil biji kapuk sebagai berikut, yaitu kandungan air sebesar 9,98 -11,29%, protein sebesar 26,99 - 28,66%, lemak sebesar 5,25 - 9,48%, serat kasarsebesar 23,75 - 28,76%; bahan ekstrak tanpa N sebesar 21,10 - 22,51%, abusebesar 5,98 - 6,35%, kalsium sebesar 0,36 - 0,42% dan fosfor : 0,58 - 0,78%.
Bungkil biji kapuk selain mengandung zat-zat pakan yang tinggi jugamenghasilkan beberapa faktor pembatas diantaranya zat anti nutrisi berupa asamsiklopropinoid sebesar 10 - 13% dan adanya selulosa yang dapat menurunkandaya cerna ternak. Adanya selulosa menyebabkan palatabilitas rendah sehinggapenggunaannya sebagai bahan pakan ternak perlu dibatasi. Tanaman kapuk danbagannya
Gambar 6.2. Tanaman Ceiba pentandra (www.nybg.org dan
www.nybg.org)
Bungkil biji kapuk yang mengandung siklopropinoid dapat mengganggusistem metabolisme tubuh unggas. Mekanisme kerja yang terjadi adalah asamsiklopropinoid karena sifatnya berefek penenang (obat bius) dapat mengubahmetabolisme lemak dimana komposisi lemak berubah yaitu lebih banyak asamlemak yang mengandung stearat daripada oleat, dan akhirnya asam lemak stearatini sulit terdegradasi dan diserap oleh usus sehingga terjadi penimbunan lemak yang tinggi. Selain itu adanya gangguan pada metabolisme pakan sehingga
penyerapan zat-zat makanan menjadi lambat.Gejala-gejala keracunan yang terlihat pada ternak unggas yangmengkonsumsi bungkil biji kapuk yang mengandung siklopropinoid antara lainadalah penurunan produksi telur, penurunan efisiensi penggunaan pakan,penurunan selera makan, penurunan bobot badan, penurunan fertilitas, penurunandaya tetas, penurunan pertumbuhan, penurunan tekanan darah, perubahan warnaputih telur, muntah-muntah, dilatasi dinding pembuluh darah, dan terjadikematian.
Dengan adanya gejala keracunan diatas sangat jelas sekali menimbulkanefek negatif yang mempengaruhi ternak tersebut. Oleh karena itu, carapencegahan yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah keracunan diatasadalah apabila sebelum digunakan, dinetralkan terlebih dahulu dengan berbagaicara misalnya dengan proses sulfitasi yaitu dengan cara mengalirkan sulfurdioksida terhadap minyak stercula faebida (pada minyak biji kapuk) yang mengandung asam sterculat yang dapat merusak cincin siklopropena dan merusakreaktifitas halpen atau memberikan reaksi negatif terhadap uji Halpen dari minyaksecara total. Jadi apabila bungkil biji kapuk tersebut digunakan sebagai pakanternak maka siklopropinoid sudah bersifat netral dan sudah tidak berbahaya bagiternak.
Dinyatakan oleh Jahi (1974) bahwa penambahan bungkil biji kapuksebanyak 2% dalam ransum basal yang terdiri dari jagung kuning 37%, dedakhalus 25%, kacang hijau 5%, kacang kedele 6%, kacang merah 5%, bungkilkacang tanah 8%, ikan teri 10%, campuran mineral 4% dapat memperbaikipertumbuhan anak-anak ayam. Sedangkan untuk fase grower dan finisher karena
kondisi tubuh dan alat pencernaan sudah berkembang dengan baik maka ayamdapat menerima ransum yang mengandung 10 - 15% bungkil biji kapuk. Ayambroiler menurut hasil yang diteliti oleh Gunawan (1981) menyatakan bahwapemberian bungkil biji kapuk 5% dalam ransum pada ayam umur satu minggutidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan dan banyaknyaransum pada anak-anak ayam dapat diberikan antara 2 - 5% bungkil biji kapuk
B.     Korinetoksin
Keracunan ryegrass (annual ryegrass toxicity/ARGT) adalah penyakitpada ternak yang disebabkan oleh kelompok glikolipid sangat beracun yangdinamakan korinetoksin. Korinetoksin diidenfikasikan sebagai glikolipid yangmengandung gula-gula amino dengan residu asam lemak 3-hidroksi C-17.Senyawa tersebut dihasilkan dalam kepala biji ryegrass yang diinfeksi dengan
kombinasi nematoda dan bakteri. KKorinetoksin mempengaruhi sistem syaraf dan efek tersebut menjadi jelasketika ternak stress ataupun bergairah. Tanda-tanada terlihat sesegera setelah duahari atau paling lambat 12 minggu setelah ternak mengkonsumsi pastura yangterdapat ryegrass beracun.
Gambar 6.4. Tanaman Ryegrass (www.viarural.com.ar dan
www.extension.umn.edu)
Aktivitas biologis korinetoksin sebenarnya identik dan berhubungan dekatdengan antibiotik tumikanisin. Kedua senyawa tersebut sangat menghambaUDP-N-asetilglukosamin (dilikolfosfat N-asetilglukosamin fosfat transferasesebuah enzim esensial untuk N-glikosilasi yang terikat lemak pada glikoprotein.
Oleh karena itu, keracunan ryegrass menyebabkan menihilkan atau mengurangiaktivitas N-glikosilat glikoprotein.Beberapa aspek keracunan korinetoksin mirip gangguan pada sistem
retikuloendotelial. Fungsi ini ditentukan sebagian besar oleh level darah pada Nhlikosilatglikoprotein yaitu fibronektin, sebuah protein opsonik yangmenyumbang secara mudah bakteri pada fagositosis.
Keracunan dengan korinetoksin atau tunikamisin lainnya mengurangi level serum fibronektin danfungsi retikuloendotelial dalam cara dosis yang berhubungan.Serangan ryegrass yang mengakibatkan produksi racun meliputi hubungan unik antara rumput, nematoda dan bakteri. Nematoda Anguina agrostismenyerang ryegrass sewaktu masih pendek setelah perkecambahan. Larvanematoda merayap ke tanaman dan berkembang di ujung. Larva tersebut tetappasif sampai ketika rumput mulai berbunga, larva bersembunyi ke dalam bungayang sedang berkembang dimana larva berkembang menjadi cacing nematoda.Bunga tidak dapat membentuk biji karena biji diganti dengan “gall” atau semacam kantong empedu dimana nematoda dewasa bertelur dan telur tersebut diletakkandi tempat tersebut sampai menjadi larva.

Nematoda tersebut tidak aktif sampaimusim berikutnya ketika telur tetas jatuh di tanah dan mulai untuk mengalamisiklus seperti sebelumnya. Nematoda bukan binatang beracun, tetapi jiknematoda membawa bakteri Corynebacterium rathayi, biji “gall” akanmenghasilkan racun. Bakteri tersebut menghasilkan kotoran berwarna kuninpada kepala biji. Kotoran tersebut dapat terlihat sebagai sesuatu yang kekuninganpada padang ryegrass. Pada pemeriksaan yang dekat, kotoran tersebut terlihatsebagai massa lumpur kekuningan berkilauan yang lengket pada kepala biji.Jika ternak tidak diperiksa secara teratur, tanda pertama terkena seranganyang terlihat kemungkinan adalah banyaknya mortalitas. Tanda-tanda yangnampak apabila diperiksa secara dekat adalah gaya berjalan dengan langkahmengarah ke ketinggian, dengan kepala mendongak ke atas, kehilangankoordinasi kaki belakang, kolaps, sawan dan kejang.


C.     Fitat
Biji-bijian tumbuhan banyak mengandung asam fitat, yaitu suatu senyawaorganik yang terdiri enam senyawa fosfat. Fosfat ini tidak tersedia secara luaspada ternak non ruminansia. Pada ternak ruminansia, bakteri fitase membebaskanikatan fosfat. Asam fitat dapat membentuk chelate dengan bermacam-macammineral dan memproduksi fitat.
Elemen-elemen yang terdapat dalam bahan pakan seperti tembaga,mangan, besi, kalsium danmagnesium dapat diikat dalam bentuk fitat dan dapatmembuat nutrisi tidak tersedia. Pada suatu percobaan dengan menggunakan fitatmenyebabkan saluran pencernaan tidak memiliki efek yang cukup besar padapenyerapan kalsium dan asam besi. Fitat memiliki peranan yang cukup pentingdalam penekanan proses oksidatif besi dalam kapasitas sedang.
Total fosfor pada padi masak sekitar 60 – 80% diikat sebagai asam fitat,sedangkan 50 – 60% fosfor dalam tepung kedelai adalah sebagai asam fitat.Asam fitat ini tidak dapat dirusak dengan cepat melalui pemanasan atau dengancara merendamnya, akan tetapi cara fermentasi dapat membebaskan fosfat dariasam fitat.
Asam fitat merupakan salah satu unsur mineral. Dimana asam fitat inidapat mengganggu dalam proses absorpsi kalsium oleh pembentukan senyawakalsium yang tidak larut. Jika dilihat dari segi nutrisi dapat diketahui bahwakalsium dan besi adalah unsur mineral yang paling penting. Jika dalam tubuh,kurang kurang lebih 4% dari berat badan adalah unsur-unsur dari mineral. Kurang
dari setengah kalsium yang di konsumsi terabsorpsi di usus, sedangkan sisanyahanya sekedar melewati saluran pencernaan yang kemudian keluar dari tubuhbersama tinja. Ada beberapa faktor yang menentukan jumlah sesungguhnya darikalsium yang diabsorpsi. Faktor yang paling penting adalah vitamin D, karenavitamin D tersebut membantu dalam proses absorpsi.
Asam fitat terkandung dalam bekatul, gandum dan terutama terkandungdalam tepung gandum pecah kulit. Dalam usus, asam fitat bereaksi dengankalsium dan membentuk senyawa kalsium yang tidak dapat dimanfaatkan olehtubuh. Akan tetapi, asam fitat ini dapat dibongkar oleh enzim fitase. Enzim iniditemukan dalam khamir dan aktif selama fermentasi adonan roti. Oleh karenaitu tepung gandum pecah kulit yang telah menjadi tawar akan kurang mengganggu
terhadap absorpsi kalsium dibanding dengan makan tepung yang berasal daritepung gandum pecah kulit tanpa fermentasi.Ransum yang berasal dari biji-bijian dan sumber-sumber protein padaumumnya akan dapat defisien terhadap fosfor untuk kepentingan seluruh kondisifisiologis dalam hidupnya, kecuali bila ditambah dengan bahan makanan yang mengandung fosfor. Sehubungan dengan hal tersebut, kira-kira kurang lebihfosfor dalam serealia atau protein dari beberapa sayuran adalah dalam bentukgaram-garam fitat atau asam fitat. Ternak hanya dapat menggunakan sebagiandari bentuk fosfor ini. Fosfor banyak dibutuhkan dalam proses metabolisme.Fosfor turut mengambil bagian pada hampir semua proses yang ada sangkut pautnya dengan energi dalam sel yang hidup. Daya guna fosfor dari tanaman diperkirakan 20% sampai dengan mendekati 100%. Tanaman yang mengandungfitat cukup tinggi, daya guna fosfor tersebut diperkirakan sekitar 46% ataukurang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tersedianya fosfor untuk ternak adalahdalam bentuk ransum yang diberikan, struktur kimia dari fosfor, perbandingan Cadan P, umur, jenis kelamin, lemak dan tingkat energi, tingkat perbandingan makanan, lingkungan, hormon-hormon, penyakit, tingkat mikro elemen, interaksiantara mineral atau dengan zat makan lainnya, bentuk fisik dari pada sumberfosfor, prosesing dan lain-lai
D.     Oksalat
Oksalat banyak terdapat Siklopropinoid adalah jaringan asam lemak tak jenuh yang terdiri atasasam sterculat dan asam malvalat yang terbentuk dalam minyak biji kapuk padatingkat 1 - 2% dari minyak mentah pada proses pembuatan yang kurangsempurna
Keracunan ryegrass (annual ryegrass toxicity/ARGT) adalah penyakitpada ternak yang disebabkan oleh kelompok glikolipid sangat beracun yangdinamakan korinetoksin. Korinetoksin diidenfikasikan sebagai glikolipid yangmengandung gula-gula amino dengan residu asam lemak 3-hidroksi C-17.Senyawa tersebut dihasilkan dalam kepala biji ryegrass yang diinfeksi dengan
kombinasi nematoda dan
, keracunan ryegrass menyebabkan menihilkan atau mengurangiaktivitas N-glikosilat glikoprotein.Beberapa aspek keracunan korinetoksin mirip gangguan pada sistem
retikuloendotelial.
Oksalat banyak terdapat
pada hijauan pastura. Hanya sedikit tanamanyang jumlah kandungan sodium dan potassium oksalat cukup untuk menjaditoksik. Lagipula ruminan yang mengkonsumsi tanaman tersebut berkembangjumlah tingkat toleransinya terhadap oksalat. Oksalat hasil degradasimikroorganisme anaerob sudah diisolasi dari kultur murni pada bakterirumen.Organisme ini yang bernama Oxalobacter formigens yang menggunakan oksalat
sebagai sumber energi satu-satunya dan memproduksi karbon dioksida dan formatsebagai hasil akhir. Kemampuan ini sangat jarang diantara bakteri anaerobik danlagipula organisme ini menempati tempat unik dalam mikroflora rumen.Kemampuan ruminan untuk beradaptasi danmenoleransi pakan dengan oksalat
Oksalat dijumpai di tanaman dalam dua bentuk besar. Beberapa tanaman,seperti soursob mempunyai getah sel dengan pH sekitar 2 dan keberadaan oksalatadalah sebagai garam asam oksalat (H2CO-) seperti potassium oksalat. Tanamanlainnya seperti halogeton mempunyai getah sel dengan pH sekitar 6 dankeberadaan oksalat sebagai sodium mudah larut, kalsium tidak larut danmagnesium oksalat. Dalam bentuk garam asam oksalat, keracunan akut dankronik dapat terjadi, sedangkan pada tanaman halogeton saja, hanya keracunan akut .
Halogeton adalah tanaman herba tahunan yang berasal dari dari tanahalkalin arid di Rusia. Tanaman tersebut secara tidak teratur diintrodusir diAmerika Serikat sebagai bagian pencemaran produk pertanian dan pertamadikoleksi dan diidentifikasi pada tahun 1934 di Nevada. Sejak saat itu, tanamantersebut menyebar luas lebih dari 10 juta hektar di tanah bagian barat khususnya di Nevada, Utah dan Idaho. Kematian domba akibat konsumsi halogeton
diperkirakan mulai tahun 1930-an, dan pada tahun 1942 beberapa kematiandomba di Nevada berdasarkan penelitian diakibatkan oleh keracunan halogeton.Sejumlah kasus didokumentasikan dimana 500 - 1500 domba mati dalam satuwaktu ketika digembalakan melewati area yang terinfeksi halogeton. Sejak saatitu, kematian tinggal sedikit, karena meningkatnya perhatian pada keracunantanaman pada domba dan karena penurunan industri peternakan dengan menggunakan sistem gembala domba di bagian barat yang mengakibatkan resikoterkena menjadi lebih sedikit.
Ciri keracunan oksalat adalah ternak sulit bernafas, terjadi depresi, sakit,koma dan kemudian mati. Pada ternak yang terkena atau mati karena oksalat,gejala yang menyolok adalah terjadi kekejangan pada tubuh ternak yangkemudian diiringi oleh kematian. Untuk menanggulangi agar ternak tidakmengalami gangguan yang ditimbulkan oleh ternak yang terkena oksalat yaitu ternak harus cepat-cepat dipisah.





















BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut:
a)      Siklopropinoid adalah jaringan asam lemak tak jenuh yang terdiri atasasam sterculat dan asam malvalat yang terbentuk dalam minyak biji kapuk padatingkat 1 - 2% dari minyak mentah pada proses pembuatan yang kurangsempurna.
b)      Keracunan ryegrass (annual ryegrass toxicity/ARGT) adalah penyakitpada ternak yang disebabkan oleh kelompok glikolipid sangat beracun yangdinamakan korinetoksin. Korinetoksin diidenfikasikan sebagai glikolipid yangmengandung gula-gula amino dengan residu asam lemak 3-hidroksi C-17
c)       Oksalat banyak terdapat Siklopropinoid adalah jaringan asam lemak tak jenuh yang terdiri atasasam sterculat dan asam malvalat yang terbentuk dalam minyak biji kapuk padatingkat 1 - 2% dari minyak mentah pada proses pembuatan
d)      Ciri keracunan oksalat adalah ternak sulit bernafas, terjadi depresi, sakit,koma dan kemudian mati. Pada ternak yang terkena atau mati karena oksalat,gejala yang menyolok adalah terjadi kekejangan pada tubuh ternak yangkemudian diiringi oleh kematian. Untuk menanggulangi agar ternak tidakmengalami gangguan yang ditimbulkan oleh ternak yang terkena oksalat yaitu ternak harus cepat-cepat dipisah.



B.     Kritik dan saran
Penulis menyadari makalah ini mungkin masih jauh dengan kata sempurna. Akan tetapi bukan berarti makalah ini tidak berguna. Besar harapan yang terpendam dalam hati semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih pada suatu saat terhadap makalah tema yang sama. Dan dapat menjadi referensi bagi pembaca serta menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua.





DAFTAR PUSTAKA
Makkar, H.P.S., 1994. Anti Nutritional Factors in Food Livestock. In Occasional Publication. British Society of Animal Production.
Marita, 1988. Penentuan Daya Ikat Fero Sulfat terhadap Sianida secara Biologis. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hails, Michael R. Comp, 1994. Plant Poisoning in Animals: A Bibliography fromthe World Literature: no.3 1983-1992. Wallingford, U.K.: CAB International.
Hakomori, S., 1983. Handbook of Lipid Research Vol. 3, (J. N. Kanfer and S.Hakomori, eds.), Vol. 3, pp 1-165. Plenum Press, New York and London pp 1-165.
Hall, Jeffery O., William B. Buck, and Loise-M. Côté, 1995. Natural Poisons inHorses. Second edition. Urbana, IL: National Poison Control Center; University of Illinois.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar