Jumat, 19 April 2013

berita entrepreneuer



Cara Mengetahui Trend Bisnis di Indonesia
Tung Desem Waringin - detikfinance
Senin, 15/04/2013 10:22 WIB

Jakarta - Satu lagi, rahasia yang akan saya ungkapkan di sini khusus untuk Anda, yaitu mengenai trend bisnis yang akan terjadi di Indonesia.

Sering saya ditanya dalam krisis global yang terjadi di dunia, bagaimana kondisi Indonesia menghadapi krisis tersebut? Padahal tahukah Anda, research yang telah dilakukan para ahli menunjukkan sesuatu yang sangat mengejutkan mengenai Indonesia.

Bagaimana kita mengetahui bahwa sebuah bisnis tadi mempunyai potensi atau tidak punya potensi? Bisnis akan tumbuh cepat atau melambat.

Bagaimana kita tahu, bahwa suatu bisnis tadi bagus atau jelek? Sudah pasti bahwa bisnis bagus atau jelek itu tergantung dari empat hal, satu tergantung dari siklus bisnis tersebut, kedua kemampuan dari kita atau pemiliknya untuk menciptakan penawaran sebegitu menariknya. Serta bisa di percaya, kalau orang tidak mau beli kesannya “bodoh” luar biasa.

Kalau Anda jago menciptakan penawaran, jago menyampaikan penawaran, jago dalam bertransaksi maka akan menjadi dahsyat adanya. Tapi apakah hanya dua hal ini yang mempengaruhi bisnis tadi, bagus atau tidaknya masih ada dua hal lagi, yang ketiga adalah tergantung dari kemampuan masyarakat untuk menyerapnya, kalau kemampuan masyarakatnya tidak cukup mampu untuk menyerapnya, incomenya dan spending powernya tidak ada.

Kemudian bisnis dan siklusnya bagus tetapi tidak laku (mohon maaf). Kemudian yang ke empat juga tergantung dari banyaknya pesaing Anda dan kemampuan dia untuk menciptakan penawaran.

Dalam kondisi trend dunia seperti ini, ketika kemampuan masyarakat sedikit banyak turun. Kalau Anda jago menawarnya kemungkinan daya beli masih lebih tinggi daripada Anda hanya melakukan branding saja.

Maksudnya apa saya tidak menentang branding, tapi kalau Anda branding pastikan Anda juga menawarkan, bukan hanya sekedar mengingatkan. Boleh..kalau mereka tidak ingat bagaimana mereka bisa beli, tapi menawarkan itu juga bagian dari branding. Jadi saran saya Anda belajar terus Marketing Revolution saya.

Semoga Bermanfaat. Saya Tung Desem Waringin mengucapkan Salam Dahsyat!




Menjajal Peluang Bisnis Kebab Zahfi Bermodal Rp 30 Juta
Wiji Nurhayat - detikfinance
Kamis, 04/04/2013 08:02 WIB

Jakarta - Mau memiliki usaha makanan praktis dan menguntungkan? Kebab Zahfi menawarkan kemitraan atau business oppurtunity (BO), bukan waralaba.

Kebab Zahfi adalah kebab citarasa Indonesia yang menawarkan dan menjual berbagai macam produk seperti kebab, burger, syawarma, roti Cane/maryam dengan aneka produk rasa dan disajikan dengan rasa serta kualitas yang nikmat.

Hefni Tri Sriyantono (35 tahun) telah merintis bisnis kebab citarasa Indonesia ini sejak tahun 2008. Saat ini pihaknya telah memiliki 2 outlet dan 33 outlet lainnya telah dimitrakan ke investor. Ia menuturkan sangat mudah bagi para calon investor untuk mengikuti program kemitraan produk Kebab Zahfi.

"Program kemitraan kita sangat mudah karena langsung jualan dan diuntungkan dengan tidak adanya royalti. Investasi yang kami tawarkan wajar hanya Rp 30 juta hingga 65 juta tergantung tipe booth,Outlet luar/ dalam dan Foodcourt. Tidak perlu mahal-mahal karena kami mengutamakan investasi para mitra bisa balik sesuai harapan," kata Hefni saat diwawancarai detikFinance, Rabu (3/04/2013).

Dari ketiga jenis produk tersebut, setidaknya para investor mendapatkan keuntungan bersih beragam mulai dari Rp 4 juta hingga 7 juta per bulan (tergantung booth dan lokasi). Omzet per hari, berdasarkan pengalaman ia mengoperasikan miliknya sendiri berkisar Rp 400 ribu sampai tertinggi Rp 2 juta.

Namun Hefni menuturkan proses kemitraan hanya berlangsung selama 5 tahun dan setelah itu investor tinggal memilih antara berhenti atau memperpanjang program kemitraan. Untung memperpanjang pihaknya akan memberikan diskon beragam kepada investor

"Jika memperpanjang kita akan berikan diskon hingga 16%, seperti investasi Rp 30 juta jika memperpanjang cukup membayar Rp 25 juta saja," imbuhnya.

Usaha Kebab Zahfi sudah dirintis Hefni sejak tahun 2008 silam. Setelah berjalan selama 4 tahun lebih akhirnya ia berkeyakinan akan produk yang dihasilkan yaitu kuliner makanan Kebab Khas Indonesia dengan merek “ZAHFY KEBAB INDONESIA”.

Ia membuka kesempatan seluas-luasnya bagi investor untuk bergabung menjadi mitra di wilayah Jabotabeka dan wilayah lainnya.
Psikolog Ini Terjun ke Bisnis Alas Kaki & Tas dari Batik dan Songket
Zulfi Suhendra - detikfinance
Rabu, 03/04/2013 11:20 WIB

Jakarta - Indonesia banyak memiliki karya produk kain seperti batik, songket, tenun dengan berbagai motif. Potensi ini dimanfaatkan oleh Nina, wanita berusia 35 tahun ini jatuh cinta dengan kain Indonesia. Hal ini menjadikan Nina membangun bisnisnya dengan membuat Raiya Butik yang menjual pakaian, tas, alas kaki berbahan dasar batik, songket dan tenun.

Wanita bernama lengkap Maharsi Anindyajati memulai usahanya pada tahun 2009. Wanita yang berprofesi sebagai psikolog itupun mengatakan, titik tolak lahirnya Raiya Butik berawal dari menjual produknya ke teman-temannya.

"Lalu saya mikir kayaknya sayang kalau cuma kain aja. Dan saya mikir bukan baju karena baju udah banyak banget, akhirnya saya mikir tas batik dan alas kaki," kata Nina saat dihubungi detikFinance, Rabu (3/4/2013).

Mulai dari saat itu, tepatnya akhir 2010, Nina memberanikan diri untuk membuat produk tas dan alas kaki yang berbahan dasar kain khas Indonesia seperti jumputan, batik, songket dan jenis kain lainnya.

Pada saat itu, Nina mengangkat 2 orang pekerja yang bertugas masing-masing sebagai pembuat tas dan sepatu. Mendapatkan respons yang baik dari para konsumen, akhirnya usaha Nina berkembang hingga saat ini.

"Karyawan saya asalnya 2, yang bikin tas dan sepatunya. Sekarang Alhamdulillah terakhir untuk tas itu 5 orang, sepatu 3 orang, kemudian untuk operasional dan marketing itu 2 orang. Jadi total itu 10 orang," paparnya.

Dalam sehari butik Raiya yang diadopsi dari nama ketiga anak Nina ini dapat memproduksi hingga 100 tas dan 100 sepatu. Harganya bervariatif, tergantung dari bahan yang digunakan. Untuk 1 tas yang terbuat dari kain batik atau kain lainnya, dan dikombinasikan dengan kulit genuine (ular, domba, sapi) dihargai Rp 600.000-1.500.000. Sedangkan yang dikombinasikan dengan kulit imitasi atau sintetis dihargai Rp 350.000-500.000.

Untuk sepasang sepatu berlabel Raiya, Nina mematok harga Rp 250.000-550.000, tergantung model dan bahan yang digunakan.

Nina mengaku, produknya ini memiliki keunggulan yang mungkin produk lain tidak akan punya. Pasalnya, bahan baku yaitu kain yang didapat Nina adalah klain yang bersifat "limited edition", yang diketahui seperti contoh sebuah kain batik tulis yang hanya dibuat 1 lembar di Indonesia. Pemesan pun diberi penawaran menarik, yaitu bebas memilih menggunakan kain apa dan modelnya.

"Karena custom itu juga bisa jadi one of a kind (unik). Misalnya kalau batik tulis itu aja, itu kan cuma satu atau dua gitu. Nah ketika menjelma menjadi tas atau sepatu, itu bisa menjadi satu-satunya mungkin. Kalau batik saya nggak mau yang printing, tapi yang cap. Kalau tenun juga yang pakai tangan," jelasnya.

Pemasaran yang dilakukan Nina masih banyak bertumpu pada pemasaran online, melalui website, facebook, twitter atau jejaring sosial lainnya. Sayangnya, Nina belum berniat untuk diajak atau mengajak investor lain untuk mengembangkan bisnisnya meskipun usahanya ini memiliki potensi yang sangat besar, dengan alasan masih ingin berbisnis menggunakan modal sendiri.

Pasarnya pun tersebar luas, para konsumen yang membeli produknya bukan hanya dari kalangan dalam negeri saja tapi mancanegara.

"Saya kalau ekspor skala besar itu belum. Konsumen ada yang dari Amerika, Hungaria, Korea, Singapura, India, China, Maroko. Beli perorangan, karena web atau twitter," katanya.

Omset yang didapat Nina dari usaha yang telah ia geluti selama 2 tahun ini mencapai Rp 50 juta/bulan. Dari situ, dia mengambil keuntungan bersih hanya 30% atau sekitar Rp 15 juta. Dia mengaku, tak mengambil keuntungan banyak dari produk yang dijualnya. Namun, ada pesan yang sangat mendalam dari orientasi bisnisnya ini.

"Orientasi saya bukan mengambil keuntungan, tapi membuka lapangan pekerjaan. Nambah terus. Jadi kalau kayaknya orang nanam modal saya takut orientasi saya nggak kesitu lagi. Saya sebenarnya pengen lebih banyak misi sosialnya, karena saya rasa yang namanya uang itu akan mengikuti ya. Kalau keuntungan pribadi sih ada lah kecil-kecilan," kata Nina.

Oleh karena itu, Nina mengaku indikator paling nyata dari perkembangan bisnisnya ini adalah dengan bertambahnya tenaga kerja yang awalnya hanya 2 orang, kini menjadi 10 orang yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 1 wanita.

"Saya ingin menambah orang, tapi saya tetap akan mengandalkan modal sendiri," katanya.

Sebenarnya apa yang membuat seorang psikolog berusia 35 tahun ini terjun ke bisnis tanpa mengesampingkan pekerjaannya? Selain atas dasar ingin membuka lapangan pekerjaan dan melestarikan budaya khas tanah air, Nina mengaku sejak kecil dan semasa remaja, dia memang hobi untuk berjualan, dan pandai melihat peluang.

"Kalau dari kecil saya sudah apa saja saya jualin. Saya SMP saya jual stiker. Ada kenikmatan pribadi kalau bisa menjual sesuatu. Kalau jaman kuliah saya kerjasama sama tukang fotokopi," tutupnya.

Ingin tahu lebih lanjut mengenai produk Raiya Butik? Anda bisa datang ke showroom Raiya di Jalan Rawasari Barat I No 5A, Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat. Atau di No Telepon 021-42875402 dan website www.raiyabutik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar