Anggaran UN untuk Sekolah
Dasar Rp 100 Miliar Masih Diblokir
Maikel
Jefriando -
detikfinance
Jumat,
19/04/2013 17:15 WIB
Jakarta - Pihak Kementerian Keuangan
(Kemenkeu) mengakui masih ada anggaran Ujian Nasional (UN) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang masih diblokir. Anggaran yang
diblokir itu sebesar Rp 100,8 miliar.
Dirjen Anggaran Kemenkeu Heri Purnomo menyatakan anggaran diketahui bertujuan untuk penyelenggaraan ujian Sekolah Dasar (SD).
"Tapi yang jelas untuk ujian nasional masih ada Rp 100,8 miliar, itu katanya buat ujian SD, ujian SD kan belum berlangsung," ujarnya di Kantor Kementerian Keuangan, Jalan Wahidin Raya, Jakarta Pusat, Jumat (19/4/2013).
Anggaran UN Rp 543 miliar sudah terlebih dahulu dicairkan pada 13 Maret 2013 karena menurut Heri dipergunakan untuk SMA dan SMP. Heri mengaku pihaknya akan mencairkan dana tersebut jika Kemendikbud menyelesaikan persyaratan pencairan anggaran yang telah diblokir.
"Tetap ada persetujuan dari DPR untuk tambahan-tambahan kegiatan nah untuk tahun ini kita coba benar jaga, kalau memang biasa terjadi seperti itu nggak ada governance, kita akan sangat berhati, tentu sangat kita jaga," jelasnya.
Seperti yang diketahui, pengajuan anggaran tambahan berlangsung saat anggaran awal masih diblokir. Anggaran awal adalah sebesar Rp 543 miliar, kemudian setelah ditambah menjadi Rp 644 miliar.
Kemenkeu baru mencairkan anggaran awal, sementara untuk tambahan, Kemendikbud harus menjalani prosedur pencairan anggaran.
Dirjen Anggaran Kemenkeu Heri Purnomo menyatakan anggaran diketahui bertujuan untuk penyelenggaraan ujian Sekolah Dasar (SD).
"Tapi yang jelas untuk ujian nasional masih ada Rp 100,8 miliar, itu katanya buat ujian SD, ujian SD kan belum berlangsung," ujarnya di Kantor Kementerian Keuangan, Jalan Wahidin Raya, Jakarta Pusat, Jumat (19/4/2013).
Anggaran UN Rp 543 miliar sudah terlebih dahulu dicairkan pada 13 Maret 2013 karena menurut Heri dipergunakan untuk SMA dan SMP. Heri mengaku pihaknya akan mencairkan dana tersebut jika Kemendikbud menyelesaikan persyaratan pencairan anggaran yang telah diblokir.
"Tetap ada persetujuan dari DPR untuk tambahan-tambahan kegiatan nah untuk tahun ini kita coba benar jaga, kalau memang biasa terjadi seperti itu nggak ada governance, kita akan sangat berhati, tentu sangat kita jaga," jelasnya.
Seperti yang diketahui, pengajuan anggaran tambahan berlangsung saat anggaran awal masih diblokir. Anggaran awal adalah sebesar Rp 543 miliar, kemudian setelah ditambah menjadi Rp 644 miliar.
Kemenkeu baru mencairkan anggaran awal, sementara untuk tambahan, Kemendikbud harus menjalani prosedur pencairan anggaran.
Bank Dunia: Banyak Orang Tak
Punya Jamban, Ekonomi Dunia Rugi Rp 2.470 Triliun
Wahyu Daniel - detikfinance
Sabtu, 20/04/2013
10:54 WIB
Jakarta - Lembaga multilateral yaitu Bank
Dunia menyebutkan, saat ini ada satu dari tiga orang di dunia yang tidak
memiliki jamban. Kondisi ini membuat perekonomian dunia merugi US$ 260 miliar
atau sekitar Rp 2.470 triliun per tahun. Kok Bisa?
Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim mengatakan, kondisi minimnya orang yang mempunyai jamban ini membuat sanitasi buruk di beberapa belahan dunia. Sanitasi yang buruk ini menimbulkan kerugian ratusan miliar dolar per tahun tersebut dari turunnya kondisi kesehatan, lingkungan, dan pariwisata.
"Kita harus memperbaiki sanitasi apabila kita bermaksud menghapus kemiskinan ekstrem di 2030 dan meningkatkan pendapatan dari 40% kalangan termiskin. Dampak dari sanitasi buruk merupakan inti dari berbagai hambatan yang dihadapi kaum miskin dalam upaya mencapai kesejahteraan,kesehatan, pendidikan, lingkungan, kesetaraan, dan harga diri," tutur Kim dalam siaran pers yang dikutip, Sabtu (20/4/20130.
Tanpa jamban, ujar Kim, banyak penduduk negara-negara berkembang membuang air besar di sungai atau ladang, tanpa sadar menyebarkan kuman-kuman penyakit diare yang merupakan penyebab kedua kematian balita. Kim mengatakan, diare menyebabkan kematian ribuan anak setiap hari.
Menurutnya, Bank Dunia kaan terys mebantu membenahi sanitasi di dunia ini. Pada 2011 lalu, Bank Dunia mengalokasikan US$ 4miliar untuk air bersih dan sanitasi di seluruh dunia.
Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim mengatakan, kondisi minimnya orang yang mempunyai jamban ini membuat sanitasi buruk di beberapa belahan dunia. Sanitasi yang buruk ini menimbulkan kerugian ratusan miliar dolar per tahun tersebut dari turunnya kondisi kesehatan, lingkungan, dan pariwisata.
"Kita harus memperbaiki sanitasi apabila kita bermaksud menghapus kemiskinan ekstrem di 2030 dan meningkatkan pendapatan dari 40% kalangan termiskin. Dampak dari sanitasi buruk merupakan inti dari berbagai hambatan yang dihadapi kaum miskin dalam upaya mencapai kesejahteraan,kesehatan, pendidikan, lingkungan, kesetaraan, dan harga diri," tutur Kim dalam siaran pers yang dikutip, Sabtu (20/4/20130.
Tanpa jamban, ujar Kim, banyak penduduk negara-negara berkembang membuang air besar di sungai atau ladang, tanpa sadar menyebarkan kuman-kuman penyakit diare yang merupakan penyebab kedua kematian balita. Kim mengatakan, diare menyebabkan kematian ribuan anak setiap hari.
Menurutnya, Bank Dunia kaan terys mebantu membenahi sanitasi di dunia ini. Pada 2011 lalu, Bank Dunia mengalokasikan US$ 4miliar untuk air bersih dan sanitasi di seluruh dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar