Rabu, 12 Juni 2013

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM DISINGAPURA



BAB I

PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang

 Dalam pengertian persentase etnis, penduduk Singapura relatif stabil
semenjak pertengahan abad ke-19. Perubahan demografik yang mengesankan terjadi pada awal abad ke-19, ketika penduduk Cina secara perlahan mulai mengambil alih menjadi penduduk mayoritas yang menonjol dibanding yang bersuku Melayu. Sejak tahun 1891 jumlah penduduk Cina Singapura adalah 67.1%, Melayu 19.7%, India 8.8% dan yang lain-lain, termasuk Eropa dan Arab, 4.3%. Sensus yang dilakukanpada tahun 1990 menunjukkan keseluruhan penduduk Singapura berjumlah 2.7 jutaorang. Komposisi penduduknya terdiri dari mayoritas Cina dengan 77.7%, Melayu14.1%, India 7.1 % dan warga lainnya 1.1%.
Sementara itukalau jumlah penduduk dilihat dari komposisi keagamaannya pada sensus yangsama tahun 1990 adalah sebagai berikut: pengikut Budhha 31.1%; Taoisme 22.4%;Islam 15.3%; Kristen 12.5%; Hindu 3.7% dan agama lain 0.6% (Sharon Siddique,1995:1). Dilihat dari komposisi keagamaan, etnis Melayu secara mayoritasmerupakan pemeluk agama Islam. Atau bahkan bisa dikatakan bahwa etnis Melayu berarti Islam.

Islam di Singapura merupakan agama minoritas. Berdasarkan data pada
2008, sekitar 15 persen penduduk Singapura yang jumlahnya 4.839.000 adalah
Muslim. Mayoritas kelompok etnik Melayu di Singapura memeluk Islam. Selain itu,pemeluk Islam meliputi kelompok etnik India dan Pakistan, juga sejumlah kecilkelompok etnik Cina, Arab, dan Eurasia. Sekitar 17 persen muslimin Singapura
berasal dari kelompok etnik India. Kaum muslim di Singapura secara tradisi
merupakan muslim Sunni yang mengikuti mazhab Syafi’i. Sebagian muslim
Singapura mengikuti mazhab Hanafi. Ada juga kelompok muslim Syiah di
Singapura.
Komposisi penduduk Melayu yang 14.1% adalah sama dengan 380.600
orang. Dilihat Pendidikan Sekolah Menengah Atas 3.5% dan Pendidikan Tinggi 1.4%. Sedang apabila dilihat dari komposisi pekerjaannya adalah: Bidang Teknik dan Professional9.7%; Bidang Administrasi dan Managerial 1.1%; Ulama dan Guru Agama/ProfesiKeagamaan 15.4%; Sales dan Servis 14.0%: Pertanian dan Nelayan 0.3%; Produksidan Relasi 13 57% dan lain-lain 2.5%. Mengenai partisipasi kerja antara laki-lakidan perempuan adalah: laki-laki pekerja 78.3% dan wanita pekerja 47.3% (SharonSiddique, 1995:4). Dalam dua puluh tahun, antara tahun 1970 sampai tahun 1990,menurut Sharon Siddique, telah terjadi perubahan yang dramatis atas Muslim-Melayu Singapura.






B.  Tujuan Dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat pembuatan makalah ini dalah sebgai berikut:

a)   Mahasiswa mampu mengetahui Sejarah masuknya Islam ke Singapura
b)   Mahasiswa dapat menjelaskan Bagaimana perkembangan Islam di Sinagpuraa
c)   Mengetahui berbagai Pendidikan Islam di Singapura











































BAB II

PEMBAHASAN

A.   Singapura di Asia Tenggara

Menurut sebuah legenda yang tercantum dalam sejarah Melayu, seorang
Tamil putera raja bernama Sang Nila Utama dan Isterinya bernama Wan Sri Bini
(puteri Banten) bersama-sama dengan pengikutnya berangkat dari Banten yang
kemudian berlabuh disebuah pulau di Selatan Semenanjung Malaya. Disaat mereka naik kedaratan, Sang Nila Utama melihat se-ekor binatang buas melintasi jalan yangakan mereka lalui; binatang itu lebih besar dari kambing, badan binatang ituberwarna cokelat, lehernya berwarna hitam, dan dadanya berwarna putih, binatangitu ternyata singa. Sang Nila Utama menganggap peristiwa itu merupakan petandabaik. Maka kemudian ia memberi nama wilayah yang dimasuki itu denganSingapura, artinya kota singa.       
Sebagai sebuah negara imigran yang era modernnya selalu dihitung sejak
Stamford Raffles menemukan pada tahun 1819, mendapatkan kemerdekaan
penuhnya pada 9 Agustus 1965 dan selanjutnya bergabung menjadi salah satu
anggota PBB dengan presiden pertama Yusof bin Ishak.
Penduduk Negara pulau ini adalah multi etnis. Dari jumlah penduduk
4.131.200 jiwa, etnis China sebanyak 79.7%, Melayu 13.9%, India 7.9%, dan etnis.
Singapura menganut sistem sekuler, di mana pemerintah menerapkan
netralitas terhadap semua agama yang ada. Berdasarkan hasil sensus tahun 2000,
diketahui bahwa penduduk singapura yang berumur di atas 15 tahun menganut
beberapa agama, yaitu Budha 42.5%. Islam 14.9%, Kristen 14.6%, Tao 8.5%, Hindu 4.0% dan Agama lain (Yahudi, Zoroaster,dll 0.6%). Kecuali itu, masih ada sekitar 14.8% yang tidak memiliki atau menganut agama tertentu.
Semenjak akhir abad ke-14 sampai tahun 1511, Singapura menjadi wilayah
bagian dari kerajaan Malaka. Dan dalam abad ke-18 Singapura berada dibawah
kekuasaan kerajaan Johor, dan kemudian menempatkan seorang Tumenggung di
Singapura sudah menjadi pelabuhan Transito yang penting sebagai jalur
perdagangan antara barat dan Cina, sehingga orang Barat akhirnya sangat menaruh perhatian terhadap fungsi pelabuhan Singapura. Inggris bermaksud untukmenciptakan Singapura menjadi kota pelabuhan yang akan menjadi kota transitantara jalur India dan Cina, oleh karena itu pada tahun 1818 Gubernur JendralInggris di India memerintahkan Sir Thomas Stamford Raffles untuk menguasaiSingapura.Islam dan mengubah namanya menjadi Megat Iskandar Syah (James Nach,1976:24-25). Setelah peristiwa tahun 1402-1403, selama 400 tahun kemudian Singapuramenjadi daerah yang tidak bertuan. Menjadi daerah yang ditinggalkan manusia.Singapura menjadi tempat tinggal para bajak dan perompak.



B.  Posisi Melayu-Muslim di Singapura

1. Ekonomi
Dibanding dengan Negara-negara minoritas muslim lainnya di kawasan
Asia-Tenggara, Singapura merupakan sebuah Negara yang relative kaya. Hal ini
secara teoritis tentunya berdampak pula pada kondisi umat islamnya.
Sejarah Melayu Singapura menunjukkan pada awalnya kondisi ekonomi
masyarakat Melayu-Muslim sangat berbeda dengan kondisi hari ini. Mereka
bekerja pada sektor-sektor strategis dan 70% bekerja dikawasan kota, hanya
30% saja yang bekerja di kawasan kampung. Hal ini sebagai bukti bahwa sejak
awal orang Melayu-muslim telah menjadi etnis yang memiliki tingkat ekonomi
yang memuaskan. Dengan demikian, orang Melayu identik dengan nuansa hidup
kota.
Kondisi ini amat berbeda dengan yang terjadi saat ini. Sekarang, secara
umum tingkat perekonomian Melayu-muslim berada jauh di bawah etnis lain.
Bahkan, mereka selalu disebutkan kelompok marjinal secara ekonomi. Ini
disebabkan arus imigran Cina terus meningkat dan leluasa memasuki kawasan
Singapura.

2. Seni dan Budaya
Sebuah tesis Ph.d oleh Betts, seorang ahli sains politik Amerika,
mengklaim bahwa masyarakat melayu gagal untuk merubah dirinya sebelum
tahun 1959. Ia menuliskan bahwa banyak perkara tentang cara hidup orang
melayu diakui umumnya tidak selaras dengan keadaan dan kemajuan yang pesat
di Singapura. Disisi lain, factor-faktor intrinsik dalam masyarakat Melayu
menghalangi penerimaan ataupun internalisasi secara pesat akan perubahan. Dia
menganggap bahwa kampung-kampung dipinggiran Singapura pada Hakikatnya
bersifat perdesaan. Faktanya Banyak orang melayu yang merasa puas hanya dengan bermata pencarian menangkap ikan, bertani, dan aktivitas lain yang
bercorak tradisional tanpa mempedulikan perkembangan zaman.4
Hal senada juga diungkapkan oleh Badlington dalam desertasinya (1974)
bahwa masyarakat Melayu belum dapat merubah dirinya sebelum tahun 1959.
Masyarakat melayu selalu dihalangi oleh kekangan-kekangan budaya yang
mendefinisikan menurut garis etnis. Orang bukan Melayu telah bejaya
memutuskan diri sama sekali dari pada kokongan tradisi yang menghalang
pembangunan ekonomi, akan tetapi masyarakat Melayu terus terpengaruh oleh
gerak budaya yang bertentangan. Badlington juga menjelaskan bahwa
pandangan orang Melayu tentang rezeki mengakibatkan fatalisme (menyerah
pada takdir) dan tidak ada usaha untuk meraihnya.
Bagi Badlington, kaum-kaum lain di Singapura telah berubah sedangkan
orang melayu tinggal beku dan tinggal sejarah, dikekang oleh nilai-nilai budaya
mereka. Nilai-nilai yang dibincangkan oleh Badlington terdiri hanya dari pada
yang dianggapnya sebagai negative bagi kemajuan orang Melayu. Nilai-nilai ini
digambarkan sebagai cirri-ciri budaya yang kekal dan diretifikasi secara abstrak
dari pada konteks social dan materialnya
Menanggapi isi dari pada desertasi Badlington, yang secara umum
memarginalkan kertepurukan ekonomi orang Melayu dilatarbelakangi oleh
adanya budata yang kaku dan katalis yang nota bene bersumber dari syariat
Islam berupa Al-Qur’an dan Hadist, perlu disanggah keabsahannya. Justru
sebenarnya penjelasan-penjelasan kemunduran Melayu bukan semata-mata
berasal dari sumber budaya Melayu yang juga melibatkan tafsiran Al-Qur’an.
Akan tetapi juga berasal dari diskriminasi dan perbedaan kesempatan yang
diberikan kepada orang Melayu dan etnis Cina pada awal 1970-an.
Memang harus diakui bahwa mundurnya social budaya orang Melayu
dan minimnya semangat untuk bekerja, khususnya menyoroti kaum wanitanya
disebabkan masih dangkalnya pemikiran dan interfretasi umat dalam memahami
syariat. Khususnya tafsiran yang salah kaprah terhadap Islam, dimana pada masa
ini banyak sikap pasif terhadap agama yang dilihat orang Melayu sebagai
menjamin masa depan tanpa perlu berusaha, cukup menyerah pada takdir dan
usaha untuk mengembangkan karir hidupnya, hanya dengan mencukupi biaya
hidup dalam jangka pendek.
Bila diteliti pula tentang budaya Melayu yang ingin menjalin antara
etnis, biasanya perkawinan yang dianggap paling selaras adalah pekawinan
antara dua komponen yang berbeda suku namun masih dalam satu agama.
Perkawinan semacam ini dianggap selaras atau sekupu, karena antara dua belah
pihak masih memiliki satu visi dan misi, seiman dan seagama dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari.

3. Politik
Mencermati akar persoalan yang sering muncul dikalangan minoritas
muslim, mengingat serangkaian konflik antara pihak minoritas dengan mayoritas
biasanya terletak pada tarik-menarik kepentingan di tingkat politik. Umat Islam
pada umumnya menyakini bahwa agama mereka diturunkan oleh tuhan untuk
mengatur kehidupan umat manusia baik ditingkat individu maupun kolektif.
Oleh sebab itu, umat Islam Singapura menginginkan agar pendirian sebuah
partai disesuaikan dengan kepentingan-kepetingan berdasarkan keyakinan dan
keimanan yang dipegangi bersama, yang di yakinin memancarkan identitas,
kesatuan, dan solidaritas kepada sesame muslim.
Ada dua partai politik yang berdasarkan etnis melayu yaitu Persatuan
Melayu Singapura dan Pertumbuhan Kebangsaan Melayu-Singapura.5 Namun
dalam perjalanannya, kedua partai ini tidak mendapatkan tempat dihati pemilih,
temasuk dimayoritas Melayu-Muslim sendiri. Partai yang berbasis agama dan
etnis di Singapura tidak dapat berkembang dengan baik, apalagi berharap
menjadi pemenang. Selama ini, hanya PAP lah partai politik utama masyarakat
melayu Muslim Singapura.
Dalam konteks politik yang lebih luas, melayu Muslim belum
mendapatkan refresentasi politik sesuai dengan keinginan mereka. Sampai saat
ini, hanya satu anggota cabinet yang berasal dari kelompok Islam dan amat
minim yang bisa duduk di parlemen, akibat dari pemerataan penduduk Melayu-
Muslim dengan Cina sehingga sulit bagi muslim untuk menjadi calon anggota
legeslatif.
Secara umum dapat dikatakan bahwa, dari sisi politik, Muslim Singapura
masih menyisakan persoalan. Namun demikian, dilihat dari realitas yang terjadi
di tengah masyarakat, isu politik boleh dikatakan tidak terlalu menarik bagi
mereka, karena mereka berada pada posisi minoritas. Strategi perjuangan politis
masih dianggap belum dapat membawa banyak keuntungan bagi masa depan
mereka
.
C.    Sejarah Masuknya Islam ke Singapura

Sejarah kehadiran agama Islam di Singapura tidak dapat dipisahkan dengan
sejarah kedatangan Islam di Asia Tenggara pada umumnya, begitu pula sejarah
perkembangan dari masa kemasa yang selalu berkaitan dengan perkembangan
agama Islam diwilayah lainya. Pada sebagian ahli sejarah sudah hampir sepakat
bahwa agama Islam sudah sampai ke Asia Tenggara pada abad pertama Hijriah ataupada akhir abad ke-7 Masehi, karena pada abad itu pedagang-pedagang Arab ataupedagang Muslim India sudah mengadakan perdagangan sampai keselat Malaka danke Cina, sebagian ada yang singgah di Sumatera dan Jawa. Kemudian jalurperdagangan itu menjadi rute tetap pada pedagang Arab dan India yang menjulurdari laut Tengah melalui Persia dan India ke Asia Tenggara dan terus ke Tiongkok.
Namun untuk menentukan dengan pasti kapan sesungguhnya awal kehadiran
agama Islam, dimana dimulai, kemana penyebarannya, siapa penyebarnya, dan
bagaimana metode pengajarannya adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah, karenasulit menentukan bukti yang dapat dipercaya kebenarannya.
Sejak abad ke-15, pedagang Muslim menjadi unsur penting dalam
perniagaan wilayah Timur, tidak terkecuali Singapura. Beberapa diantara para
pedagang ada yang menetap, dan menjalin hubungan perkawinan dengan penduduksetempat. Lama-kelamaan mereka membentuk suatu komunitas tersendiri. Parapedagang tersebut tidak jarang menjadi guru agama dan imam. Dalam komunitasMuslim ini juga sudah terdapat sistem pendidikan agama yang bersifat tradisional.Pada umumnya mereka belajar agama dirumah-rumah, yang kemudian dilanjutkandi surau-surau dan mesjid. Pada tahun 1800 di kampong Glam dan kawasan Rocor menjadi pusat pendidikan tradisional. Dalam hal ini, guru-guru dan imam sangatpenting peranannya dalam memupuk penghayatan keagamaan pada masyarakatMuslim Singapura. Sama dengan Muslim di kawasan Asia Tenggara lainnya,Muslim di Singapura pada masa awal menganut mazhab Syafi'I dan berpaham teologi Asy'ariyah.
.


D.  Perkembangan Islam di Singapura

Sebagai Negara yang berdiri setelah perang dunia II singapura meurpakan
Negara paling Maju di kawasan Asia Tenggara. Singapura memiliki Ekonomi atau Prekonomian Pasar yang sangat maju, yang secara historis berputar di sekitar perdagangan Interpot Bersama Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan, Singapura
adalah satu dari Macan Asia . Ekonominya sangat bergantung pada ekspor dan
pengolahan barang impor, khususnya di bidang manufaktur yang mewakili 26%
PDB Singapura tahun 2005 dan meliputi sector elektronik, pengolahan minyak
Bumi, bahan kimia, teknik mekanik dan ilmu biomedis. Tahun 2006, Singapura
memproduksi sekitar 10% keluaran Waferwafer dunia. Singapura memiliki salah
satu dari pelabuhan tersibuk di Dunia dan merupakan pusat pertukaran mata uang
asing terbesar keempat di dunia setelah London, New York dan Tokyo. Bank Dunia,menempatkan Singapura pada peringkat hub logistik teratas dunia.9
Namun demikian ditengah kemajuan Singapura sebagai sebuah negara yang
menjadi sentral perdaganagan Asia Tenggara dan memiliki perjalanan panjang
mengenai perjumpaan dengan Islam. Singapura merupakan neagara yang memilikipenduduk Muslim yang Minoritas. Dengan jumlah penduduk sekitar 4,99 Juta jiwahanya sekitar 14.9 % saja yang memeluk agama Islam. Dan menjadi agama keduaterbesar setelah Buddha 42,9% di ikuti oleh Ateis 14.8 %, Kristen 14.6%, Taouisme8% dan Hinddu 4% serta agama lainnya 0.6%.
 jika di urut melalui sejarahnya, keberadaan Islam di Singapura tak
lepas dari keberdaan Etnis Melayu yang mendiami pulau tersebut. Ditambah dengangolongan lain yang dikatagorikan sebagai Migran Muslim. Mereka inilah, terutama migranArab, sebagai penyandang dana utama dalam pembangunan masjidmasjid, lembaga lembaga pendidikan dan organisasiorganisasi Islam.7 Sejak pertengahanabad ke19, ketika Belanda melakukan tindakan represif dan pembatasan atas calon  haji Indonesia, Singapura menjadi alternatif mereka sebagai tempatpemberangkatan. Brokerbroker perjalan ibadah haji ini adalah kalanganmigranArab. Berbeda dengan Muslim imigran, masyarakat Melayu merupakanmayoritas. Mengikuti pembagian Sharon Siddique, mungkin karena mayoritas migran yang berasal dari dalam wilayah (Jawa, Sumatera, Riau dan Sulawesi), cenderung membawa isteri dan anak mereka. Dengan demikian rasioseks (khususnya pada komponen mayoritas yang berbahasa Melayu) lebih seimbang dibanding komunitaskomunitas lain. Kenyataan yang demikian berakibat pada kelambatan terjadinya asimilasi kemelayuan. Kelompok migran biasanya mendiami kampungkampung yang ditata berdasarkan tempat asal. Dan ini berakibat pada menguatnya bahasabahasa etnis dan adat istiadat. Dengan demikian, karena heteroginitas penduduk Muslim Singapura, orang bukan mendapatkan “suatu” komunitas Muslim, namum sejumlah komunitas Muslim. Hal ini diperkuat dari dalam dengan pelestarian batasbatas linguistik, tempat tinggal yang berorientasimtempat asal, spesialisasi pekerjaan, status ekonomi dan berbagai tingkat pendidikan  (Taufik Abdullah,1989:391).
Bersamaan dengan itu, gejala yang terjadi pada migran luar wilayah (Arab
dan India) memiliki kecenderungan terbalik. Migrasi yang mereka lakukan hampir
secara eksklusif hanya dilakukan oleh kaum pria. Dengan mengawini wanita
Muslim Melayu, berarti mereka membangun keluargakeluarga baru di Singapura.
Hal ini selanjutnya memberikan definisi komunitas baru Arab dan Muslim India
yang, melalui garis patrilineal memberi identitas pada diri mereka sendiri, namun
menurut garis matrilineal adalah keturunan pribumi. Proses ini melahirkan suatu
komunitas ArabMelayu dan Jawi Peranakan yang mulai mengidentifikasi diri
dengan bahasa Melayu dan dengan adat istiadat serta kebiasaan local.
Seperti disebutkan di atas, Keturunan Arab adalah para pedagang,pengusaha dan tuan tanah. Meskipun dari sudut jumlah tidak besar, namun kekayaan dan status tinggi memasukkan mereka dalam elit sosial komunitas Muslim. Begitu juga dengan JawiPeranakan, mereka menikmati status tinggi dalam komunitas yang lebih luas.
Namun juga penting ditekankan, komunitas Jawi Peranakan mementingkan
pendidikan, tidak hanya dalam bahasa Melayu tetapi juga Inggris. Seperti juga
disebutkan di atas, sejak pertengahan abad ke19, golongan Jawi Peranakan secara
aktif terlibat dalam penerbitan, jurnalisme dan mempromosikan bahasa Melayu.
Dibandingkan dengan dua saudaranya (Arab dan Jawi Peranakan)
kebanyakan orang Melayu hidup dengan standar ekonomi yang lebih rendah. Kalau distratakan secara sosial dan ekonomi, dan barangkali politik, strata pertama dankedua adalah migran Arab dan Jawi Peranakan (migran India), dan strata ketigaadalah orang Melayu. Terlebih jika dibandingkan dengan penduduk Singapuralainnya (Cina). Begitu juga di bidang pendidikan. Di bawah sistem pendidikan yang pesat di Singapura, pada tahun 1980, hanya sekitar 679 orang Melayu yang merupakan lulusan pendidikan tinggi. Penekanan pada kebijakan sekolah dwibahasa oleh pemerintah Singapura dan terutama penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa wajib di sekolahsekolah, telah menurunkan kualitas sekolahsekolah dasar Melayu. Seiring dengan membanjirnya arus urbanisasi ke Singapura dan tidak memadainya kebutuhan akan papan dalam dua dekade terakhir, pemerintah telah membangun rumahrumah rakyat, yang mewajibkan penduduknya, termasuk orang Melayu, untuk tinggal di perumahan perumahan.
Mereka pun segera pindah dari kampung tradisional yang terdiri dari satu
etnis saja ke sebuah tempat tinggal modern yang terdiri dari campuran berbagai
etnik. Keadaan yang demikian memberikan pengaruh terhadap kehidupan
orangorang Melayu, dan tampaknya masih kesulitan untuk beradaptasi.
Memperhatikan adanya persoalanpersoalan yang berkaitan dengan kepentingan
pelaksanaan ajaran di kalangan komunitas umat Islam, pemerintah Inggris perlu
melakukan campur tangan. Pada tahun 1887 suatu kelompok yang terdiri dari 143
warga Muslim Singapura mengirim sebuah petisi kepada Gubernur yang meminta
diangkatnyaseorang kadhi sebagai pejabat untuk mengurusi masalah perkawinan.
Pada tiga tahun kemudian, tahun 1880, pemerintah Inggris menetapkan Ordonansi
Perkawinan Umat Islam (Mahomedan Marriage Ordinance). Wewenang legal
lembaga ini hanya semata pada soalsoal perkawinan dan perceraian. Adanya atau
ditetapkannya ordonansi ini berarti adanya pengakuan resmi dari pemerintah
kolonial Inggris akan perdata Muslim.
Pada pertengahan abad ke19, ketika pemerintah HindiaBelanda membatasi
dan melakukan represi terhadap calon jemaah haji, banyak di antara mereka yang
menggunakan Singapura sebagai pilihannya. Karena perlunya pengaturan bagi
perjalanan haji, pada tahun 1905 Dewan Legislatif mengeluarkan sebuah ordonansi sebagai landasan pengaturan dan pengawasan agen perantara perjalanan haji. Dan mengharuskan para agen perjalanan haji untuk memiliki surat izin.
Sejak awal abad ke20, warga Muslim, khususnya keturunan Arab dan India,
mulai dilibatkan dalam berbagai dewan pekerja Inggris. Karena banyaknya keluhan yang berkaitan dengan tindakan salah urus di dalam badanbadan keagamaan, maka pada tahun 1905 ditetapkan Mahomedan and Hindu Endowment Board (Dewan Penyokong Bagi Pemeluk Islam dan Hindu), yang dimaksudkan untuk mengatur masalah wakaf. Dewan ini berjalan sampai tahun 1941 dan diaktifkan kembali tahun 1946. Setelah tahun 1948 diangkat dua orang dari wakil komunitas Muslim. Pada tahun 1952 Dewan ini diubah namanya menjadi Muslim and Hindu Endowment Board. Dan berlangsung sampai pembubarannya pada tahun 1968. Tonggak berikutnya pada tahun 1951 dibentuk Mohamedan Advisory Board (Dewan Penasehat 20 Urusan Muslim), yang dimaksudkan sebagai badan yang memberikan nasehatnasehat kepada pemerintah mengenai persoalanpersoalan komunitas Muslim izin (Taufik Abdullah,1989:3978)
Setelah Singapura merdeka, tahun 1965, lembagalembaga Muslim bentukan
kolonial Inggris diadaptasikan dengan kondisi Singapura merdeka. Di antara
lembagalembaga baru itu adalah AMLA (The Administration of Muslim Law Act). Lembaga ini dimasukkan ke parlemen pada tanggal 13 Desember 1965, dan menjadi undangundang pada tanggal 25 Agustus 1966. Akta ini memberikan ruang yang fleksibel bagi Dewan Agama Islam, Pengadilan Agama dan Pencatat Perkawinan Islam dalam menetapkan hukum Syari’at.
Pada tahun 1966 AMLA menyerukan pembentukan MUIS (Majlis Ugama
Islam SingapuraIslamic Religious Council of Singapore) sebagai suatu badan
hukum untuk menjadi penasihat Presiden Singapura dalam hal berkaitan dengan
agama Islam di Singapura. Pelantikan pertama anggota MUIS dilakukan pada tahun 1968. Bersama dengan Peradilan Syariah dan Pencatat Perkawinan, MUIS
merupakan pusat pengaturan kehidupan komunitas Muslim di Singapura. Semua
lembaga ini secaraadministratif berada di bawah Kementerian Pembangunan
Masyarakat (the Ministryof Community Development). Tugas MUIS disini sama
seperti MUI di Indonesia, tugas mereka mengatur kegiatan Islam di Singapura
seperti mengeluarkan sertifikasi halal untuk makan yang menurut ketentuan Islam
baik untuk di konsumsi. Melakukan perhitungan waktu shalat di Singapura, menjadi penyelengara pernikahan secara Islam.
Menurut Syed Isa bin Muhammad bin Semit, pimpinan MUIS, peraturan ini
ditujukan untuk menjaga keharmonisan agama di Singapura. Seperti yang
dikemukakanMuhammad Rauf, pimpinan Masjid AlFalahyang kakeknya berasal
dari Banjarmasin, pemerintah Singapura kini ingin membaurkan masyarakatnya
agar mereka dapat hidup berdampingan. Dengan menyatukan keturunan Melayu,
Cina, dan India tinggal bersama dalam flatflat.
Tidak lagi diperkampungan khusus seperti beberapa tahun lalu. Di tempat
yang dulu merupakan daerah nelayan di Singapura yang terletak di dekat pelabuhan, terdapat Masjid Muhammad Salleh, yang berkapasitas sekitar 300 jamaah. Seperti masjidmasjid lainnya di Singapura, beberapa ruangannya diberi AC dan ada ruang khusus untuk wanita di bagian atas. Haji Muhammad Salleh membangun masjid ini pada 1902. Warga kelahiran Betawi ini, bersebelahan dengan masjid membangun sebuah kubah yang dijadikan makam, Habib Nuh bin Muhammad Alhabsji. Habib yang wafat 1866 dalam usia hampir satu abad, merupakan generasi pertama dari warga keturunan Hadramaut yang berdakwah di Singapura. Banyak umat yang berziarah. Tak hanya umat Islam di Singapura, tapi juga warga India yang beragama Hindu. Ada masjid di Orchad Road, Orchad Road yang memanjang sekitar dua km merupakan pusat perbelanjaan paling terkemuka di Singapura. Berbelok kearah kiri hanya sekitar 100 meter dari Orchad Road, terletak Masjid AlFalah. Masjid ini secara resmi dibuka oleh Dr Ahmad Mattar, menteri lingkungan dan masalah Islam Singapura pada 25 Januari 1987. Memasuki masjid ini, tempat masuk pria dan wanita dipisah. Seperti juga masjidmasjid lainnya di Singapura, kebersihannya sangat terjaga, termasuk tempat wudhu dan toilet. Jamaah yang shalat di masjid ini bukan hanya para pegawai pertokoan dan perkantoran yang Beragama Islam, tapi juga para wisatawan mancanegara, termasuk wisatawan dari Timur Tengah. ''Kalau Jumat yang shalat sampai di kiri kanan masjid, yang jumlahnya lebih dari 1000 jamaah,'' kata H Mohamad Syukur, salah seorang pengurusnya. Masjid Ba'alawie, merupakan salah satu masjid yang dibangun oleh keluarga Alatas di Kampung Arab,
yang penduduknya banyak warga Melayu. Masjid yang dibangun 1952 ini, dapat
menampung sekitar 400 jamaah. Dan pada hari shalat Jumat, jamaah membludak
hingga jalanan. Tiap Kamis malam di sini ada pengajian, yang banyak peminatnya.



E.   Peranan Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS)

Lembaga-lembaga Islam di Singapura diantaranya adalah, Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS), Himpunan Dakwah Islamiyah Singapura (JAMIYAH) dan Majelis Pendidikan Anak-anak Muslim (MENDAKI).13 Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) yang berada dibawah undangundang pemerintahan, dibentuk pada tahun 1968. Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) merupakan badan yang memiliki peran penting dalam urusan agama islam.

Fungsi dan tugas Majlis Ugama Islam Singapura sebagai berikut :

a)   Memberi saran kepada presiden Singapura dalam masalah-masalah yang
berkaitan dengan agama Islam di Singapura.
b)    Mengurusi masalah yang berkaitan dengan agama Islam dan kaum muslimin di Singapura, termasuk urusan haji dan sertifikasi halal
c)   Mengelola wakaf dan dana kaum muslimin berdasarkan undang-undang dan amanah
d)   Mengelola pengumpulan zakat, infak, dan sedekah, untuk mendukung dan mensyiarkan agama Islam atau untuk kepentingan umat Islam
e)   Mengelola semua masjid dan madrasah di Singapura. 14

Dimensi perkembangan Islam itu yang cukup menggembirakan, terutama
dalam hal manajemen profesionalisme dalam hal pengelolaan zakat, infaq, sedekah, dan wakaf (ZIS wakaf). Di Singapura, sebagaimana dijelaskan oleh kepala Divisi Pembangunan Agama dan Penelitian, Majlis Ulama Islam Singapura (MUIS), Zalman Putra Ahmad Ali, pengelolaan ZIS wakaf, diperuntukkan bagi pemerataan dan kesejahteraan umat Islam. "Pemberdayaan amanat agama ini tidak akan mencapai target maksimal jika tidak dikelola secara professional”.
MUIS sendiri sebagai lembaga tertinggi pemerintah untuk Hal Ehwal Islam
(setingkat kementerian agama di Indonesia), memang bertanggung jawab dan ikut mengelola langsung pengelolaan ZIS wakaf, sehingga dapat mengetahui secara pasti pelaksanaannya. Sistem manajemen profesioanl yang diterapkan oleh MUIS ini telah diterapkan lebih dari 10 tahun terakhir. Dalam pembayaran ZIS misalnya,
tidak lagi secara manual, dengan cara pergi ke tempat penyaluran atau lembaga yang dipercaya, tapi sejak dua tahun terakhir pembayarannya dapat dilakukan melalui  sistem on-line, seperti manajemen bank.
Dengan cara demikian akan diketahui seluruh dana yang terhimpun saat itu juga. Sementara untuk wakaf, telah lima tahun lebih dikelola dengan sistem wakaf produktif. Harta benda dari wakaf dikelola dengan azas manfaat, bukan lagi untuk pembangunan masjid atau kuburan, sebagaimana di Indonesia. Misalnya, dana wakaf dipakai untuk pembangunan real estate atau supermarket atau usaha lainnya yang menguntungkan. Keuntungannya kemudian dipakai lagi untuk pengembangan  Islam. Di sini, jangan dikira ada kesempatan penyelewengan. Sebab, jika terbukti melakukan korupsi, misalnya terhadap dana ZIS atau wakaf, maka hukuman yang sangat beratlah imbalannya. Memang di Singapura penegakan hukum cukup bagus, dan tingkat KKN-nya sangat minim. Berkaitan dengan ZIS ini, menurut Zalman, rata-rata dana ZIS setiap tahunnya terkumpul berkisar 18-20 juta dolar Singapura (sekitar 10 dolar AS). Khusus pegawai di MUIS, digaji dari dana zakat tersebut. Sementara itu, dana bagi pengembangan masjid dan madrasah, ada kasnya sendiri. Tidak lagi diambilkan dari dana ZIS wakaf tersebut. Untuk madrasah ada kotak bernama "Dana Madrasah". Sedangkan dana masjid diperoleh dari sumbangan  kaum muslim, khususnya kotak Jumat. Meski juga terkadang masih dapat bantuan dari dana ZIS wakaf.


F.   Model Pendidikan Islam di Singapura

Sejarah awal munculnya pendidikan Islam di Singapura tidak dapat diketahui dengan pasti. Yang jelas pendidikan islam telah ada pada pase awal kedatangan islam ke Singapura itu sendiri. Pendidikan islam di Singapura di sampaikan para ulama yang berasal dari negeri lain di Asia Tenggara atau dari Negara Asia Barat dan dari benua kecil India. Para ulama tersebut diantaranya ialah Syaikh Khatib Minangkabau, Syaikh Tuanku Mudo Wali Aceh, Syaikh Ahmad Aminuddin Luis Bangkahulu, Syaikh Syed Usman bin Yahya bin Akil (Mufti Betawi), Syaikh Habib Ali Habsyi (Kwitang Jakarta), Syaikh Anwar Seribandung  (Palembang), Syaikh Mustafa Husain (Purba Baru Tapanuli), Syaukh Muhammad jamil Jaho (Padang Panjang) dll. Seperti di Negara lain, pendidikan agama Islam di Singpura dijalankan mengikuti tradisi dan system persekolahan modern. System tradisional, mengikuti pola pendidikan Islam berdasarkan system persekolahan pondok Malaysia dan Patani atau pesantren di Indonesia.
Adapun system modern adalah melalui system sekolah yang merujuk ke
Mesir dan Barat, yang dikenal dengan madrasah, sekolah arab atau sekolah agama. Ada empat madrasah terbesar di Singapura sampai saat ini, yaitu :
a)   Madrasah al-Junied al-Islamiyyah, didirikan pada bulan muharam 1346H (1927M) oleh pangeran Al-Sayyid Umar bin Ali al-Junied dari
Palembang. Mata pelajaran yang diajarkan dimadrasah ini adalah ilmu
Hisab, Tarikh, Ilmu Alam, Bahasa Melayu, Bahasa Inggris, Sains, Sastra Melayu dan mata pelajaran lainnya.
b)   Madrasah al-Ma’arif, didirikan pada tahun 1940-an. Pengasuh madrasah ini adalah lulusan universitas al-Azhar, Mesir dan dari kawasan Asia Barat.
c)    Madrasah Wak Tanjung Al-Islamiyyah, didirikan pada tahun 1955
d)  Madrasah Al-Sago (atau Al-Saqaf), didirikan pada tahun 1912 diatas
tanah yang diwaqafkan oleh Sed Muhammad bin Sed Al-Saqof.


Pada kenyataannya, kemajuan sebuah Negara tidak lepas dari kondisi geografis dan keadaan pendidikannya. Pendidikan merupakan standarisasi penilaian secara tidak langsung yang dapat menjadi pertimbangan dalam mengkategorisasikan maju tidaknya sebuah Negara. Demikian pula halnya Negara Singapura, dilihat dari  factor pendidikan tekanan bagi kaum muslim dan melayu di Singapura sungguh-sungguh nyata. Ini terlihat dari meningkatnya pendidikan dan kemajuan ekonomi yang telah dicapai orang-orang singapura lainnya khususnya orang-orang Cina yang mayoritas dinegara itu. Tekanan tersebut nampak nyata dalam tulisan-tulisan dan studi-studi yang dilakukan komunitas Muslim-Melayu sepanjang tahun 1980-an. Dilatarbelakangi sensus penduduk 1980 yang menyatakan bahwa orang-orang Melayu Singapura tertinggal di belakang etnis lain, dalam status social ekonomi, diskursus public kembali diaktifkan organisasi-organisasi muslim seperti Majlis Pusat untuk menggerakan pesan bahwa jalan keluar bagi kaum muslim adalah  meningkatkan pendidikan dan kompetensi professional. Sejalan dengan seruan itu adalah himbauan dari pemimpin-pemimpin muslim dan aktifitas-aktifitas yang berorientasi islam agar menanggulangi status social ekonomi mereka dalam kerangka dan prinsip-prinsip islam.
Sejauh menyangkut masalah pendidikan walau sejak tahun 1970-an pesan
pentingnya pendidikan (khususnya pendidikan tinggi) sebagai katalis bagi kehidupan yang lebih layak bagi etnis melayu telah disuarakan oleh organisasiorganisasi Melayu, kembali di intensifkan pada tahun 1981. Pada tahun itu pula didirikan majelis pendidikan anak-anak (MENDAKI) yang mengarahkan
kegiatannya pada masalah pendidikan bagi anak-anak muslim. Pemimpin melayu
muslim sangat berhasil dalam menarik dukungan yang besar, bukan hanya dari
perhimpunan-perhimpunan atau kelompok-kelompok Melayu-muslim, tapi juga dari
pemerintah. Status majlis itu kemudian meningkat menjadi yayasan tahun 1982
setelah majelis sukses melaksanakan ‘Kongres tentang Pendidikan Anak-Anak
Muslim’, suatu kesempatan dimana Perdan Menteri menyampaikan suatu key note
addres.

Disamping itu pembentukan MENDAKI juga mempercepat kehadiran dan
publikasi bahan-bahan dan karya-karya yang terkait dengan pendidikan bagi
minoritas di Singapura. Walaupun karya-karya dalam bentuk buku masih langka,
tersedia makalah-makalah yang disajikakan dalam seminar dan konferenaikonferensim dan artikel-artikel yang dipublikasikan oleh MENDAKI dan lembagalembaga muslim lainnya seperti MUIS dan JAMIYYAH. MENDAKI misalnya, menerbitkan a collection of mendake papers (1982), suatu kompilasi dari sekitar sepulus proyek yang mencakup bermacam-macam masalah yang berkaitan dengan pendidikan bagi kaum muslim, dan MUIS menerbitkan jurnal yang pertama kali tentang masalah-masalah kaum muslim di Singapura, fajar islam tahun1988. Fajar islam diterbitkan, menurut editornya, dengan tujuan untuk memahami perkembangan social ekonomi dan politik yang mempengaruhi kaum muslim Singapura dan menelaahnya secara cermat, obyektif dan analitik.
Mencermati masalah keterpurukan pendidikan minoritas muslim (Melayu)
dari etnis Cina (non islam lain) di Singapura, terlihat bahwa etnis Cina cenderung
memiliki prestasi pendidikan, dimana dengan terdapatnya halangan dan rintangan
dalam pencapaian stabilitas sosio ekonomi seseorang individual melalui pendidikan Singapura periode 1959-1980, dimana kondisi ekonomi etnis Cina memang sudah mapan sebelum perang, akan diwarisi anak-anak mereka, sehingga pendidikan mereka juga cenderung lebih tinggi dan lebih mapan, ditambah lagi basis bahasa inggris yang mereka kuasai.

Hal semacam ini, justru terdapat bagi kebanyakan etnis melayu (muslim),
karena pada periode 1960-1970 an, 60% perhasilan perkapital penduduk melayu
tergolong ekonomi lemah (rendah), sementara Cina hanya 40% terkategorikan
penduduk miskin.Kondisi dan akta ini, tentunya tercermin pula dalam penyaluran pendidikan di antara anak-anak muslim dengan etnis cina dalam rangka memasuki sekolah menengah. Pada tahun 1983 60% pelajar-pelajar melayu disalurkan kealiran sekolah rendah (biasa), sedangkan etnis cina sebanyak 40%. Selain jurang ekonomi yang mempengaruhi semua penduduk singapura terdapat factor lain yang unik kepada orang melayu dan menyababkan merekan lebih rugi dari pada orang cina. Tahun 1965, kurang lebih 50% pelajar melayu mendaftarkan diri dalam program pendidikan yang diajar dalam bahasa melayu. Sungguhpun pendidikan inggris cepat sekali menjadi popular setelah kemerdekaan singapura dari Malaysia pada 1965, para pelajar yang mulanya berbasis melayu, terpaksa mengundurkan diri. Sedangkan para pelajar melayu yang layak dan cukup kredibel dalam memasuki pendidikan menengah dipindahkan kealiran inggris dimana merekan tidak mempunyai persediaan dan kesiapan dari segi bahasa. Bagi sebagian kecil pelajaran Melayu yang layak ke Universitas banyak yang bingung dalam mengambil atau memperdalamilmu mereka melalui kursus-kursus professional dan sains yang semuanya diajar dalam bahasa inggis. Mereka sama sekali tidak diperkenangkan  untuk mengambil kursus-kursus itu, sehingga ketika mereka telah tamat dari Universitas dan ingin berkerja dengan melamarkan Ijazah yang mereka peroleh, sering kali peluang bagi para siswa aliran Melayu mendapat perlakuan yang kurang adil. Hal ini sebenarnya juga dialami oleh etnis Cina, mereka juga diperlakukan sebagaimana etnis Melayu, akan tetapi keunggulan Cina dari Melayu adalah mereka memiliki alternalif yang dapat menjembatani anak-anak mereka untuk bekerja di sektor-sektor ekonomi yang menggunakan bahasa Cina.
Selain faktor-faktor ekonomi yang etnis yang menjelaskan prestasi pelajarpelajar Melayu dibidang pendidikan kiranya masih perlu dikaji menurut golongan etnis apakah kelemahan prestasi pendidikan pelajar-pelajar Melayu berbeda jauh dari orang-orang Cina yang berpuncak dari factor-faktor dalam budaya melayu sendiri. Dikalangan setengah elit Melayu pemerintah dan orang Cina sungguh-sungguh percaya bahwa orang melayu kurang kuat berkerja dan kurang berorientasikan pencapaian dalam pendidikan dan dalam ekonomi secara umum dari pada orang Cina. Nilai-nilai budaya yang tidak sesuai adalah sebab kenapa prestasi pendidikan dan ekonomi mereka lemah.
Budaya orang Cina dan budaya Melayu memiliki perbedaan dalam menata
pola urusan rumah tangga. Dalam budaya Cina, nilai pendidikan bagi anak sangat
dijunjung tinggi. Oleh karenanya pendidikan anak-anak mereka harus diutamakan
dan diperhatikan secara serius, walau anak juga dilibatkan dalam urusan usaha
menghasilkan uang atau peningkatan ekonomi keluarga. Mungkin hal ini pula yang memicu semangat orang-orang Cina untuk lebih berdikari dan lebih tinggi semangat kemandiriannya jika dibandingkan dengan orang-orang Melayu. Semangat kerja ini, akhirnya mendarah daging dalam menempuh jalur pendidikan sehingga dibidang pendidikan pun, etnis Cina terlihat lebih unggul dari pada etnis melayu. Keberadaan lembaga swadaya masyarakat Islam (LSM) juga tak kalah
pentingnya dalam upaya menjadikan muslim dan komunitas Islam negeri itu potret yang maju dan progresif. Berbagai LSM Islam yang ada terbukti berperan penting dalam agenda-agenda riil masyarakat muslim.
Saat ini, tidak kurang dari sepuluh LSM, di antaranya adalah: Association
of Muslim Professionals (AMP), Kesatuan Guru-Guru Melayu Singapura (KGMS), Muslim Converts Association (Darul Arqam), Muhammadiyah, Muslim Missionary  Soceity Singapore (Jamiyah), Council for the Development of Singapore Muslim Community (MENDAKI), National University Singapore (NUS) Muslim Society, Perdaus (Persatuan dai dan ulama Singapura), Singapore Religious Teachers Association (Pergas), Mercy Relief (Center for Humanitarian), International Assembly of Islamic Studies (IMPIAN), dan Lembaga Pendidikan Alquran Singapura (LPQS).
Seluruh lembaga dan sistem manajemen profesional ini ditujukan bukan
saja pada terbentuknya kualitas muslim dan komunitas Islam yang maju, moderat
dan progresif, tetapi juga potret yang mampu berkompetisi dan meningkatkan citraIslam di tengah pemandangan global yang kurang baik saat ini. Model demikian inilah yang kini terus diperjuangkan agar Islam yang rahmat menjelma dalam kehidupan masyarakat Singapura




























BAB III

PENUTUP
A.  Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan diatas adalah sebagai berikut:
a)   Masih ada kesamaran mengenai kepan pertama kali Singapura ditemukan.
Ada sejumlah legenda yang berkembang tentang mengapa pulau itu kemudian bernama Singapura. Pernah pulau itu menjadi wilayah kekuasaan Majapahit, dan pernah pula menjadi vassal Kerajaan Siam dan Pahang.
b)   Penduduk Muslim Singapura terbagi kepada dua golongan, yaitu Muslimpribumi dan Muslim-migran. Pribumi adalah orang Melayu, sedang migran adalah orang-orang Jawa, Bugis, Sumatera, Riau, Arab dan India. Dalam perkembangan selanjutnya, peran yang menonjol dipegang oleh para Muslim-migran. Untuk pembangunan masjid-masjid banyak dipelopori oleh migran-Arab. Mereke juga punya peran penting dalam penerbitan buku-buku Islam, terutama sekali buku-buku keagamaan yang bercirikan pemikiran reformis.
c)   Peran-peran politik umat Islam di Singapura ternyata juga banyak dipelopori oleh kaum migran ini. Mengingat keberadaannya sebagai kaum minoritas, umat Islam Singapura lebih bersikap adaptasionis, melakukan kerjasama yang menguntungkan dengan pemerintah Singapura.
d)   Pada tahap awal proses Islamisasi, Islam diidentikan dengan agamanya
orang Melayu. Dalam hal ini karena Islam menjadi agama yang dianut oleh sultan di Malaka, yang juga pernah singgah di Singapura ketika lari dari Palembang, dan kemudian mendirikan kesultanan Malaka dan menjadi Muslim. Identifikasi Melayu dan Sultan ini memberikan kemungkinan awal dari perkembangan Islam di Singapura.




B.   KRITIK DAN SARAN
Penulis menyadari makalah ini mungkin masih jauh dengan kata sempurna. Akan tetapi bukan berarti makalah ini tidak berguna. Besar harapan yang terpendam dalam hati semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih pada suatu saat terhadap makalah tema yang sama. Dan dapat menjadi referensi bagi pembaca serta menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua.kemudian mari kita banyak mempelajari semaksimal mungkin mengenai SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM DISINGAPURA dan mengaplikasikanya dalam peternakan didaerah maupun negara kita agar tercipta peternakan yang efesien dan optimal



DAFTAR PUSTAKA


Abdullah, Taufik dan Siddique, Sharon. 1988. Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asi Tenggara. LP3ES. Jakarta.   
Asy ‘ari, dkk. 2004. Pengantar Studi Islam. IAIN Sunan Ampel Press. Surabaya
Hitami, Munzir. 2006. Sejarah Islam Asia Tenggara. Alaf RiauPekanbaru.
Hsu Yun-ts’iao. 1992. Notes On The Historial Position Of Singapure. Malayan History. Singapore.      
Suhaimi. 2010. Sejarah Islam Asia Tenggara. Unri Press, Cetakan Kedua. Pekanbaru.




ADA COMENT: CP, 085376053899

Tidak ada komentar:

Posting Komentar